Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih dalam tren naik. Meskipun pada perdagangan saham hari ini posisinya memerah 0,66% menjadi 5.486,68.
Berdasarkan statistik Bursa Efek Indonesia (BEI), average Price Earning Ratio (PER) IHSG adalah 17,3x. Lalu Weighted Average (WA) PER yakni 16,8x. Kemudian, average Price Book Value (PBV) IHSG adalah 2,1x dan WA PBV yaitu 2,5x.
Kepala Riset NH Korindo Reza Priyambada mengungkapkan, IHSG memiliki PER 22,06x. Lalu di atasnya, Filipina mencatatkan PER 22,18x. Kemudian, Thailand yakni 20,41x, Malaysia 17,09x, dan Singapura 15,32x.
Menurut Reza, valuasi IHSG memang lebih tinggi dibandingkan beberapa pasar saham regional karena banyaknya dana asing yang masuk. Sejak awal tahun, posisi net buy tercatat Rp 7,35 triliun. Namun ia menekankan bahwa sepanjang kenaikan itu diikuti dengan kenaikan kinerja fundamental emiten, maka PER pun akan bergerak berlahan.
Meski begitu, pertumbuhan IHSG tak terlalu mencolok dibanding bursa regional. Pasar modal Indonesia menempati posisi ketujuh dengan pertumbuhan 4,97% sejak awal tahun.
Bursa China memimpin dengan pertumbuhan pasar modal sebesar 23,5% dari awal 2015. Lalu Jepang meninggi 13,4%. Kemudian, Filipina menduduki posisi ketiga dengan pertumbuhan 11,37%. Lalu diikuti Hong Kong dengan kenaikan 11,15%. Selanjutnya, bursa Australia tumbuh 10,02%.
Kepala Riset Asjaya Indosurya William Surya Wijaya memandang bahwa valuasi IHSG terbilang moderat dibanding bursa regional. Ia melihat akan ada koreksi wajar di sekitar bulan Juli dan Agustus.
Lebih lanjut, analis First Asia Capital David Sutyanto pun bilang bahwa pasar modal Indonesia masih akan menghadapi beberapa ancaman. Pertama, The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya. Kedua, kondisi nilai tukar Rupiah masih bergoyang di sekitar bulan Mei. "Jangan terlena. Tapi juga jangan terlalu pesimis. Kesempatan ada. Namun perlu waspada juga," sarannya.
David berharap ada penurunan Bank Indonesia (BI) rate yang dapat mendongkrak IHSG. Selain itu, penyerapan anggaran pemerintah pun harus lebih baik guna memaksimalkan pertumbuhan ekonomi.
Reza melihat bahwa pelaku pasar menginginkan janji pemerintah saat tahun politik mampu terwujud di tahun ini. Apalagi, Joko Widodo menyebut IHSG mampu menembus 6.000 di 2015. "Itu harusnya menjadi cambuk bagi presiden dan jajaran menterinya untuk membuat sentimen itu tercapai," ujar Reza.
Reza memproyeksikan IHSG tutup di kisaran 5.700-5.800. David memprediksi IHSG tutup di 5.850. Lalu William memperkirakan IHSG mampu tutup di 6.396 pada akhir tahun.
William menyarankan investor untuk melakukan akumulasi beli. Saham rekomendasinya antara lain BBRI, BMRI, BBNI, BBCA, UNVR, INDF, PWON, ASRI, WTON, WIKA, PTPP, serta AKRA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News