Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana asing deras masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) dalam beberapa waktu terakhir. Hal tersebut didorong membaiknya sentimen eksternal.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), dalam data perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah mencatat beli neto sebesar Rp 6,88 triliun di pasar SBN pada periode 5-8 Mei 2025. Angka itu mengakumulasi beli neto Rp 30,18 triliun hingga 8 Mei 2025.
Di sisi lain, pasar saham dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) justru mencatatkan jual neto. Periode 5-8 Mei, net sell terlihat masing-masing Rp 2,70 triliun dan Rp 4,07 triliun. Sementara, sejak awal tahun jual neto mencapai Rp 49,38 triliun di pasar saham dan Rp 15,80 triliun di SRBI.
Kepala Ekonom BCA, David Sumual menuturkan salah satu pendorong masuknya dana asing ke pasar SBN dari maraknya penerbitan obligasi pemerintah di awal tahun. Selain itu inflasi juga cenderung terkendali di bawah range Bank Indonesia.
Baca Juga: Baru Kuartal Dua, SBN Bisa Tembus Target! Ekonom: Bahaya Buat Likuiditas!
"Lalu beberapa seri sudah cukup terkoreksi dalam sehingga kembali menarik asing," terangnya kepada Kontan.co.id, Kamis (15/5).
Aliran dana asing di pasar SBN diperkirakan berlanjut, setidaknya dana masuk akan berlangsung selama periode kesepakatan antara AS-China. Hal ini mengingat sejauh ini kondisi eksternalnya cukup membaik.
Ia juga melihat ada kesepakatan-kesepakatan dengan Inggris, dan ke depan kemungkinannya dengan Jepang, Korea, serta dengan Timur Tengah. Namun, secara fundamental masih belum berubah sehingga masih akan ada volatilitas.
"Karena jika periode kesepakatan usai dan belum tercapai kesepakatan, market bisa kembali goyang. Jadi tenor jangka pendek masih akan menjadi penarik dana asing," sebutnya.
Masuknya dana asing ke pasar SBN domestik juga tak lepas dari potensi return yang diperoleh. David mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan real rate paling besar.
Diterangkan, inflasi Indonesia di kisaran 2% dan yield SUN 10 tahun di 6,9% per Jumat (16/5). Alhasil riil yield Indonesia di kisaran 4%.
Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto juga melihat saat ini tenor pendek yang menarik di tengah ketidakpastian saat ini. "Namun, tenor jangka panjang akan kembali menarik saat yield sudah kembali ke level 7%," sebutnya.
Selanjutnya: Tensi Perang Dagang Mereda, Obligasi Diperkirakan Masih Akan Diburu Investor
Menarik Dibaca: Havaianas dan Dolce&Gabbana Luncurkan Koleksi Baru, Perkuat Segmen Fashion Premium
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News