Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana investor asing kembali mengalir deras memasuki semester kedua 2023. Sejak pekan terakhir bulan Juni, data perdagangan mingguan menunjukkan net foreign buy yang konsisten meningkat. Sepanjang pekan lalu, jumlahnya mencapai Rp 2,1 triliun.
Investor asing banyak memburu saham-saham berkapitalisasi besar (big caps) yang menjadi unggulan di sejumlah sektor. Seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Investor asing juga mengincar saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Indosat Tbk (ISAT), PT Astra International Tbk (ASII), PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), dan PT MD Pictures Tbk (FILM).
Selain itu, saham terkait komoditas tambang seperti PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Harum Energy Tbk (HRUM) juga masuk ke keranjang belanja investor asing.
CEO Pinnacle Investment Indonesia, Guntur Putra menilai aliran dana investor asing (fund flow) sejatinya masih belum signifikan. Namun, tren positif dalam sebulan terakhir cukup meniupkan angin segar yang mendorong penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menyentuh level 6.900-an.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Teknikal Saham MPMX, UNTR, DSNG untuk Selasa (25/7)
Guntur memandang katalis penting pendorong fund flow adalah pasar yang lebih kondusif dengan arah suku bunga dan perkembangan ekonomi global yang lebih terukur. Selain itu, pelaku pasar termasuk investor asing juga mulai mengantisipasi musim rilis kinerja emiten per kuartal II-2023.
"Hal itu dapat memengaruhi keputusan investasi. Namun, tren masuknya dana investor asing bersifat dinamis dan dipengaruhi berbagai faktor eksternal, sehingga tidak dapat dipastikan tren ini akan bertahan lama atau hanya sementara," kata Guntur kepada Kontan.co.id, Senin (24/7).
Analis Kanaka Hita Solvera, Raditya Krisna Pradana memperkirakan tren positif net foreign buy akan bertahan cukup lama di bursa Indonesia pada semester II-2023. Katalis penopangnya adalah makroekonomi Indonesia yang masih solid.
Tampak dari inflasi tahunan yang terjaga sesuai target pada rentang 2%-4%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diproyeksikan mencapai 4,8%-5,3%, lebih tinggi dari estimasi pertumbuhan ekonomi global di rentang 2%-3%.
Katalis penting lainnya, suku bunga yang ditaksir akan melandai pada semester kedua ini. Raditya optimistis kondisi tersebut akan membawa sentimen positif bagi pasar saham. Tercermin pada pergerakan IHSG awal pekan ini yang sempat menembus level 6.929,68 sebagai titik tertinggi harian.
Head of Research InvestasiKu, Cheril Tanuwijaya sepakat aliran dana investor asing masih bisa bertahan lebih lama. Tren kenaikan suku bunga global yang diperkirakan segera berakhir akan menjadi katalis penting. Apalagi, bursa Indonesia relatif lebih menarik daripada negara lain.
Terlihat dari posisi price to earnings ratio (PER) IHSG yang lebih rendah dibandingkan negara-negara berkembang di Asia Tenggara.
"Data-data ekonomi juga menunjukkan pemulihan ekonomi domestik terus berlanjut. Tren-nya diperkirakan masih akan berlangsung dengan pertimbangan sentimen-sentimen tersebut," sebut Cheril.
Guntur turut melihat kondisi fundamental dan makro ekonomi Indonesia memang cukup solid dibandingkan dengan emerging market lainnya. Hanya saja, investor asing masih akan selektif memilih sektor dan saham, mempertimbangkan kondisi pasar dan dinamika ekonomi.
Oleh sebab itu, faktor fundamental, prospek bisnis dan valuasi emiten tetap krusial. Menurut Guntur, saham di sektor perbankan, konsumer dan telekomunikasi punya prospek apik yang bisa menjadi pilihan investor asing.
Baca Juga: Cek Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Hari Ini, Selasa (25/7)
Cheril juga menjagokan sektor bank dan konsumer. Saham pilihan Cheril adalah BBRI yang punya valuasi dan profitabilitas menarik, serta saham ICBP di tengah potensi kenaikan konsumsi.
Sedangkan Raditya menyematkan rekomendasi buy untuk saham ASII, UNTR, dan HRUM. Target harga masing-masing ada di level Rp 7.000, Rp 30.000, dan Rp 1.790 per lembar saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News