Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aliran dana asing masih masuk dari pasar surat utang negara (SUN) atau surat berharga negara (SBN) jelang akhir tahun. Menurut data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), pada 12 Desember 2022 total kepemilikan investor asing di SBN sebesar Rp 756,78 triliun.
Sementara jika dilihat akhir November 2022, jumlah kepemilikan asing di SBN masih sebesar Rp 736,93 triliun. Artinya, sampai 12 Desember 2022, tercatat dana asing masuk sebesar Rp 19,85 triliun. Porsi kepemilikan investor asing di SBN pun juga naik dari akhir November 2022 sebesar 14,27% menjadi 14,60% per 12 Desember 2022.
Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division, Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi Riawan mengatakan, salah satu pemicu kembalinya asing menyuntikkan dana ke pasar obligasi yakni bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya bulan ini.
"Selain itu, memang Indonesia akan mengalami pelambatan ekonomi akibat resesi dunia, tetapi jika dibandingkan negara lainnya tentu Indonesia lebih baik membuat investor asing tertarik untuk masuk ke pasar obligasi Indonesia," kata Reza kepada Kontan.co.id, Selasa (13/12).
Baca Juga: Inflasi Stabil, Imbal Hasil Obligasi Negara Menuju 6%
Capital inflow asing di pasar SUN berpotensi memperkuat posisi rupiah terhadap dolar AS. Tapi, dampak negatifnya pasar obligasi domestik menjadi rentan karena investor asing sangat sensitif terhadap risiko volatilitas mata uang.
"Sehingga apabila rupiah kembali mengalami tren pelemahan, aksi jual oleh investor asing sangat mungkin terjadi," kata Reza.
Pasar SUN masih akan dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI). Reza memperkirakan, BI akan mengerek suku bunga hingga level 5,25- 5,50%. Dia pun memperkirakan kurs rupiah berfluktuasi pada level Rp 15.400 per dolar AS–Rp 15.700 per dolar AS.
Baca Juga: Yield Obligasi Negara Bertahan di Bawah 7%, Saat yang Tepat untuk Masuk?
Dari eksternal, investor masih mencermati tingkat inflasi AS. Meski mulai turun, inflasi AS masih berada di level yang cukup tinggi. Sehingga tindak lanjut suku bunga dari The Fed masih akan menjadi perhatian pasar.
"Kami melihat tingkat suku bunga masih akan mengalami kenaikan hingga kuartal pertama tahun depan. Kemudian akan berpotensi flat hingga kuartal ketiga," ujar Reza.
Reza memperkirakan yield SUN tenor 10 tahun berada pada level 6,8%-7,10% di akhir tahun ini, lebih tinggi ketimbang awal tahun 2022 di level 6,4%. Menurut Reza yield obligasi Indonesia di tahun 2023 akan berkisar pada level 6,75%–7,75%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News