Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis Monex Investindo Futures Faisyal menilai harga minyak berpeluang untuk bergerak turun dalam jangka pendek seiring pasar yang terlihat mulai mengkhwatirkan outlook perlambatan ekonomi global dan tingginya produksi minyak mentah AS.
Data produksi manufaktur AS turun 0,4% di Februari, melemah untuk bulan kedua beruntun, sementara itu aktivitas pabrik di wilayah New York lebih lemah dari perkiraan pada bulan ini dengan pembacaan indeks di level 3,7.
AS nampaknya menghiraukan usaha Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang memangkas produksi minyak. Di mana dua perusahaan besar minyak AS yakni Chevron Corp dan Exxonmobil Corp pada pekan lalu mengatakan bahwa masing-masing akan memproduksi minyak lebih dari 1 juta barel per hari di cekungan Permian, AS.
Faisyal dalam risetnya Senin (18/3) mengatakan sentimen negatif lainnya yang dapat memicu penurunan harga minyak jangka pendek juga datang dari pernyataan International Energy Agency (IEA) Jumat lalu. Di mana kabarnya produksi minyak global saat ini sudah berada di titik terendah sejak empat tahun terakhir.
Persediaan minyak menjadi terbatas juga karena AS memberlakukan sanksi ekspor terhadap dua negara penghasil minyak, Venezuela dan Iran.
Faisyal memprediksi pergerakkan harga minyak besok berada di level support antara US$ 58,00, US$ 57,60, dan US$ 57,00 per barel. Sementara level resistance antara US$ 58,60, US$ 59,00, dan US$ 59,60 per barel.
Asal tahu, Senin (18/3) pukul 16.30 WIB harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2019 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 58,16 per barel, turun 0,61% dari hari sebelumnya yakni US$ 58,52 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News