Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengumumkan tiga operator seluler yang memenuhi syarat dan lolos seleksi administrasi untuk mendapatkan lisensi pita frekuensi 2,3 GHz pada rentang 2360-2390 MHz. Frekuensi yang terdiri dari tiga blok ini nantinya dapat digunakan untuk menyelenggarakan jaringan 5G di Indonesia.
Ketiga operator tersebut adalah PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), dan PT Hutchison 3 Indonesia (Tri). Sementara itu, PT XL Axiata Tbk (EXCL) tidak lolos evaluasi administrasi dan PT Indosat Tbk (ISAT) memang tidak menyerahkan dokumen permohonannya.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Muhammad As'ad mengatakan, keberhasilan Smartfren, Telkomsel, dan Tri dalam lelang ini akan berefek positif bagi ketiganya. Pasalnya, implementasi teknologi jaringan 5G ketiga operator tersebut tentu akan jadi lebih mudah.
Sementara itu, Analis Samuel Sekuritas Selvi Ocktaviani menilai, siapapun pihak yang mendapatkannya, pita frekuensi 2,3 Ghz tersebut masih akan digunakan untuk jaringan 4G. "Kami melihat adopsi 5G masih butuh waktu karena penerapan 4G saja masih belum merata di seluruh Indonesia," ungkap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (17/12).
Baca Juga: Migrasi penyiaran televisi analog ke digital jadi harapan akan perbaikan kualitas
Terlebih lagi, masing-masing operator hanya mendapat tambahan 10 Mhz. Menurut dia, jumlah tersebut tidak terlalu besar sehingga tidak memberi dampak signifikan. Untuk menjadi lebih unggul, para operator masih perlu pengembangan jaringan secara konsisten yang tentu membutuhkan belanja modal besar.
Di sisi lain, operator yang tidak memperoleh tambahan frekuensi ini juga tak terlalu dirugikan. Mengingat, XL Axiata dan Indosat belum memiliki jaringan existing pada pita frekuensi 2,3 Ghz sehingga apabila keduanya menang lelang justru memerlukan investasi tambahan yang besar.
Sebagai informasi, saat ini, pita frekuensi 2,3 GHz telah dihuni oleh dua operator seluler. Telkomsel menempati pita 2300-2330 MHz, sementara Smartfren menghuni 2330-2360 MHz.
Baca Juga: Seleksi lelang frekuensi 5G, Smartfren (FREN) peringkat teratas
As'ad juga menilai, adanya frekuensi tambahan untuk ketiga operator tidak terlalu merugikan XL Axiata dan Indosat. Mengingat, konsolidasi jaringan teknologi baru telah diatur dalam Undang-Undang Cipta Kerja. "Apabila semuanya (konsolidasi jaringan) berjalan, maka tidak akan menghambat ekspansi kedua operator tersebut," ungkap As'ad.
Ia menuturkan, penambahan pita frekuensi ini hanya menjadi katalis sesaat untuk saham-saham telekomunikasi. Selvi pun melihat, kenaikan harga saham ke depannya masih lebih dipengaruhi oleh ekspektasi investor terhadap prospek pertumbuhan emiten tersebut.
Menurut Selvi, saham TLKM dan EXCL masih menarik. Ia merekomendasikan buy dengan target harga TLKM di level Rp 4.300 per saham dan EXCL di Rp 3.300. Sementara ISAT sudah melampaui target harganya di Rp 3.100 sehingga ia merekomendasikan hold sembari meninjau ulang.
As'ad juga merekomendasikan buy TLKM dan EXCL dengan target harga masing-masing di Rp 3.700 dan Rp 3.200 per saham. Secara sektoral, dia melihat sektor telekomunikasi masih overweight pada 2021.
Baca Juga: Tanpa kerjasama penggunaan frekuensi, hanya dua operator yang bisa menerapkan 5G
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News