kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.794   1,00   0,01%
  • IDX 7.470   -9,22   -0,12%
  • KOMPAS100 1.154   0,14   0,01%
  • LQ45 915   1,41   0,15%
  • ISSI 226   -0,75   -0,33%
  • IDX30 472   1,48   0,31%
  • IDXHIDIV20 570   2,21   0,39%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,97   0,69%
  • IDXQ30 158   0,51   0,33%

Cukai Minuman Berpemanis Siap Diberlakukan, Simak Saham Rekomendasi Analis


Rabu, 31 Januari 2024 / 05:30 WIB
Cukai Minuman Berpemanis Siap Diberlakukan, Simak Saham Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. Produk susu cair UHT dari Ultrajaya. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana mulai mengenakan cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK). Terlebih, penerimaan dari MBDK ini telah tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024. 

Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas Janice Kohar menyoroti bahwa dampak dari pengenaan cukai MBDK akan beragam terhadap emiten produksi MBDK seiring dengan penjualan minuman manis terhadap penjualan dan laba dari masing-masing emiten.

Ambil contoh, emiten PT Kino Indonesia Tbk (KINO) dengan kontribusi 55,7% dari penjualan dan laba yang berasal dari minuman manis, akan cenderung mengalami dampak yang signifikan, jika pengenaan cukai tersebut diterapkan.

Baca Juga: Tarif Cukai Rokok Naik Tahun Depan, Cermati Saham Rekomendasi Analis

Per 30 September 2024, KINO membukukan penjualan Rp 2,94 triliun, angka naik dari penjualan Rp 2,83 triliun di periode sama tahun sebelumnya. Beban pokok penjualan KINO turun menjadi Rp 1,73 triliun dari Rp 1,76 triliun dan laba kotor KINO naik menjadi Rp 1,21 triliun dari laba kotor Rp 1,07 triliun.

Di sisi lain, emiten PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) dan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Co Tbk (ULTJ) yang memiliki kontribusi lebih rendah, masing-masing 11,3% dan 20% terhadap total penjualan dan laba, diperkirakan akan merasakan dampak yang lebih terbatas.

 

"Dampak cukai MBDK bervariasi berdasarkan tingkat ketergantungan setiap emiten pada penjualan minuman manis," kata Janice kepada Kontan.co.id, Selasa (30/1).

Adapun terkait daya beli konsumen, secara keseluruhan diprediksi relatif tidak signifikan. Janice bolang, pola konsumsi masyarakat Indonesia lebih terfokus pada makanan dan minuman non-olahan.

Baca Juga: IHSG Diproyeksi Terkonsolidasi, Simak Saham Rekomendasi Analis pada Selasa (16/1)

Sementara MBDK hanya menyumbang sekitar 2-3% dari total konsumsi makanan dan minuman, dan Minuman Berpemanis dalam Kemasan (MBDK) hanya berkontribusi sekitar 24% dari kategori minuman tersebut.

"Faktor-faktor seperti tren konsumsi masyarakat terhadap minuman manis, inovasi produk, harga bahan baku, regulasi pemerintah terkait cukai, serta persaingan di pasar bisa menjadi sentimen yang mendorong kinerja emiten produsen MBDK," lanjut dia.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×