kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

CKRA adu nasib ke tambang besi


Rabu, 28 Desember 2011 / 10:55 WIB
CKRA adu nasib ke tambang besi
ILUSTRASI. Foto areal deretan gedung perkantoran di Jakarta, Rabu (8/4/2000). Cuaca besok di Jabodetabek cerah berawan hingga hujan ringan, menurut ramalan BMKG.


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina |

JAKARTA. PT Citra Kebun Raya Agri Tbk (CKRA) memutuskan cabut dari bisnis perkebunan. Perusahaan ini berniat melakukan divestasi anak usahanya, PT Horizon Agri Industri (HAI) yang selama ini mengelola bisnis perkebunannya.

CKRA juga sudah mendapat pembeli. HAI akan berpindah tangan ke pemilik baru, PT Rajawali Agro Andalan Nusantara. Nilai transaksi penjualan tersebut mencapai Rp 750 miliar.

Transaksi penjualan dilakukan dalam dua tahap. Pertama, CKRA akan mendapatkan pembayaran Rp 382,5 miliar atau 51% dari total transaksi secara tunai akhir tahun ini. "Sisanya, akan diselesaikan paling lambat semester satu tahun depan," kata Yudhi Asmara Yasmine, Direktur CKRA dalam paparan publik, Selasa (27/12).

Perseroan ini akan menggunakan dana hasil penjualan anak usaha tersebut untuk mengalihkan bisnis utama ke sektor pertambangan bijih besi. CKRA memang sudah melakukan perjanjian pengikatan jual beli untuk mengakuisisi perusahaan bijih besi PT Perdana Indo Tambang (PIT).

Rencananya, CKRA bakal mengakuisisi kepemilikan 88% saham PIT senilai Rp 500 juta. Saat ini, CKRA masih menunggu izin akuisisi dari Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Harapannya, di akhir tahun ini CKRA sudah bisa mendapatkan izin dari Bapepam LK.

CKRA memandang PIT memiliki prospek bagus dalam pertambangan bijih besi. Soalnya, PIT menguasai izin usaha pertambangan (IUP) bijih besi 3.000 hektare (ha).

Cadangan bijih besi yang terkandung dalam lahan itu ditaksir sebanyak 2,34 juta ton. PIT juga sudah mulai melakukan kegiatan operasi sejak 2011 dengan kapasitas produksi awal sebesar 8.000 metrik ton (MT). Sampai September lalu produksinya sudah mencapai 24.300 MT. "Kami mengharapkan produksi PIT bisa naik secara bertahap hingga 45.000 MT pada 2017 mendatang," imbuh Yudhi.

Saham tidur

Reza Priyambada, Kepala Riset Indosurya Asset Management, menilai alih usaha yang dilakukan CKRA wajar. Hal ini merupakan cara pamungkas bagi perusahaan yang melihat bisnisnya sudah tidak prospektif. "Kalau sudah tidak memiliki masa depan, ya caranya memang harus beralih ke sektor lain yang prospektif," kata Reza.

Tapi Reza menilai sektor bijih besih merupakan sektor hulu yang kurang memiliki nilai tambah. Komoditi ini memang menjadi bahan baku industri hilir, yaitu baja. Oleh karena itu, peralihan bisnis yang dilakukan CKRA kemungkinan besar tidak berdampak signifikan pada kinerja keuangan perusahaan di masa mendatang.

Tambah lagi, pasar menilai saham ini tidak prospektif. Karena itu, CKRA lebih sering tidur alias tidak bergerak. "Ibaratnya hidup segan, mati tak mau, jadi alih usaha ini juga tidak akan terlalu berdampak pada saham,' tegas Reza. Ia tidak merekomendasikan investor mengoleksi saham ini.

Keputusan CKRA menjual anak usahanya diambil setelah bisnis perkebunan tidak lagi memberikan keuntungan bagi CKRA. Asal tahu saja, di 2010 lalu CKRA tidak memperoleh pendapatan sepeser pun dari bisnis perkebunan ini. Alih-alih mendapat fulus, CKRA justru mencetak rugi bersih Rp 41 miliar.

Tahun ini pun sektor perkebunan masih belum bisa memberi pendapatan signifikan. Hingga September 2011, CKRA hanya memperoleh pendapatan sebesar
Rp 131,89 juta.

Untungnya, CKRA masih mendapat penghasilan lain-lain, yaitu selisih nilai wajar piutang dari pihak berelasi sebesar Rp 13 miliar. Imbasnya, CKRA masih bisa memperoleh laba bersih sebesar Rp 8,66 miliar akhir September lalu. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×