kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Citra Putra Realty (CLAY) belum merasakan dampak kenaikan tarif tiket pesawat


Kamis, 14 Februari 2019 / 20:42 WIB
Citra Putra Realty (CLAY) belum merasakan dampak kenaikan tarif tiket pesawat


Reporter: Rezha Hadyan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan harga tiket pesawat domestik sejak beberapa bulan lalu dituding menjadi biang kerok lesunya bisnis perhotelan di awal tahun 2019. Lonjakan tersebut berhasil membuat masyarakat mengurungkan niatnya untuk berwisata ke sejumlah destinasi wisata yang ada di berbagai wilayah di Tanah Air.

Beberapa waktu lalu, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani menyatakan bahwa tingkat keterisian atau okupansi hotel anjlok hingga 20%-40% sejak melonjaknya harga tiket pesawat domestik. Hal itu diperparah pula oleh kebijakan bagasi berbayar oleh salah satu maskapai berbiaya rendah atau low cost carrier (LCC) yang menguasai penerbangan domestik.

Salah satu emiten perhotelan PT Citra Putra Realty Tbk (CLAY) mengaku belum merasakan dampak dari lonjakan harga tiket pesawat domestik dan kebijakan bagasi berbayar. Menurut Direktur Keuangan Citra Putra Realty Dodon Trikoeswardana, dampak tersebut baru akan terasa ketika memasuki masa liburan. “Untuk wisatawan domestik nanti akan terasa ketika memasuki periode liburan sekolah dan hari libur nasional, untuk wisatawan yang membawa keluarga terutama,” kata Dodon ketika dihubungi oleh Kontan.co.id pada Kamis (14/2).

Saat ini, menurut Dodon kunjungan ke hotel yang dikelola oleh Citra Putra Realty masih didominasi oleh tamu individu atau rombongan yang melakukan kunjungan dengan tujuan tertentu atau bukan untuk berwisata. Tamu-tamu tersebut tentu tidak terpengaruh dengan kenaikan harga tiket pesawat domestik serta kebijakan bagasi berbayar. “Bulan Februari ini kami malah menolak rombongan bisnis yang ingin menginap karena kamar sudah penuh,” ungkap Dodon.

Sebagai informasi, Citra Putra Realty saat ini mengelola dua hotel, yakni hotel bintang lima The Stones di Bali dan hotel bintang dua The Clay di Jakarta. Pendapatan terbesar masih disumbang oleh The Stones sebesar 42% dari total pendapatan kotor atawa gross margin.

Selain itu, Dodon menjelaskan bahwa status The Stones sebagai hotel bintang lima tentunya tidak terpengaruh sama sekali oleh lonjakan harga tiket pesawat domestik dan kebijakan bagasi berbayar. Jelas saja, pangsa pasar yang disasar oleh The Stones merupakan tamu dari kalangan menengah ke atas yang menggunakan layanan maskapai dengan layanan penuh alias full service. “Kemudian tamu kami kebanyakan adalah wisatawan asing yang biasanya sudah dari jauh-jauh hari menyiapkan perjalanannya, kenaikan yang terjadi juga mungkin tidak berpengaruh banyak bagi mereka yang notabene adalah kalangan menengah ke atas,” katanya.

Sebagai bagian dari pelaku usaha perhotelan ia tidak menampik adanya penurunan okupansi hotel setelah lonjakan harga tiket pesawat serta kebijakan bagasi berbayar. Tapi penurunan okupansi itu hanya dirasakan oleh hotel yang bermain di segmen menengah ke bawah.

“Yang paling terasa tentu losmen, guest house, hotel bintang dua ke bawah, atau penginapan berbasis aplikasi seperti Airbnb dan Airy, semuanya menawarkan harga murah bagi mereka yang ingin berwisata dengan kantong cekak, didukung tiket murah,” kata Dodon.

Okupansi yang hingga saat ini masih bagus, tidak serta merta membuat Citra Putra Realty berdiam diri. Dodon bilang bahwa pihaknya sudah menyiapkan sejumlah strategi untuk mendongkrak okupansi sepanjang tahun 2019. Khususnya okupansi dari The Stones yang jadi tulang punggung perusahaan.

“Kami sudah menyiapkan strategi jangka panjang, kami pakai operator Marriott International untuk memasarkan kamar-kamar The Stones, mengubah oritentasi tamu dari rombongan menjadi individual atau tamu yang datang secara mandiri, menggencarkan pemasaran lewat pameran,” jelas Dodon.

Melalui strategi tersebut diharapkan pendapatan Citra Putra Realty mampu melonjak 7% dibandingkan tahun 2018 yang targetnya ada di kisaran Rp 184 miliar. “Strategi mengubah orientasi tamu ini akan sangat signifikan karena tamu rombongan itu secara okupansi bagus tapi tidak untuk pemasukan, karena mereka membayar dengan rate harga yang berbeda dengan tamu individu, selain itu dari segi food and beverage yang mereka konsumsi atau pesan juga sangat kecil dibandingkan tamu individu,” tutup Dodon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×