Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sangat mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Ini disampaikan oleh Kepala Riset Citibank Ferry Wong.
"Jika BBM tidak naik, IHSG bisa turun ke kisaran 4.300-4.400," tandas Ferry, Kamis (18/9).
Menurut dia, ketika harga BBM bersubsidi tidak naik, pemerintah wajib menggelontorkan biaya besar untuk menutup subsidi tersebut. Inilah yang memberatkan keuangan pemerintah, yang pada akhirnya menjadi defisit neraca transaksi Indonesia.
Defisit tersebut merupakan sentimen negatif bagi makro ekonomi. Bahkan, jika BBM kembali tidak dinaikkan, dia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi tahun depan tidak mencapai 5%. Sehingga, akibat pertama yang ditimbulkan oleh sentimen tersebut adalah pelemahan rupiah terhadap dollar AS yang pada akhirnya juga turut memberatkan IHSG.
Menurut Ferry, harga BBM bersubsidi telah menjadi semacam komoditas politik, digunakan sebagai alat untuk mengambil hati rakyat demi kekuasaan puncak. Sementara, gerakan politik yang dilakukan partai koalisi yang menjadi swing voter, dalam hal ini Golkar dan PKS, mencegah kenaikan harga BBM.
"Makanya, pemerintahan Jokowi di parlemen nanti harus kuat," ujar Ferry.
Nah, berbicara kekuatan perlemen, mungkin saat ini kuncinya ada di partai PPP yang masih belum menentukan arah koalisinya. Tapi, skenario yang diharapkan adalah, PPP masuk ke kubu PDIP yang mengusung Jokowi, sehingga posisi di DPR semakin kuat menjadi 44%. Hasilnya cukup berimbang terhadap posisi koalisi Merah Putih sebesar 45%. "Partai Demokrat yang netral diharapkan mendukung kenaikan BBM," pungkas Ferry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News