Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Memiliki pengetahuan yang cukup memadai sebelum nyemplung ke dunia investasi, telah menjadi prinsip Christilia Angelica Widjaja, Head of Business Development Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX). Dengan mempelajari sendiri psikologis pasar dan tidak mudah terpengaruh orang lain, bekal ini bisa meminimalisir risiko dalam berinvestasi.
Christilia sangat percaya diri dengan instrumen investasi yang dia pilih saat ini, yaitu di sektor komoditas. Sektor ini bahkan menjadi porsi terbesar dalam investasinya.
Tidak begitu mengherankan, mengingat anak kelima dari enam bersaudara ini dalam pekerjaan profesionalnya memang sangat erat dengan bursa komoditas.
Meski usia belum memasuki kepala tiga, ia telah dipercaya menjadi kepala pengembangan bisnis di ICDX atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI). Lembaga ini merupakan pusat perdagangan global untuk berbagai komoditas alam seperti minyak kelapa sawit, batubara, gas alam, emas, kakao dan timah.
Menurut wanita berkulit terang ini, Indonesia dengan kekayaan hasil bumi yang melimpah, seharusnya bisa memiliki posisi yang kuat di pasar komoditas global. Indonesia seharusnya bisa menjadi penentu harga komoditas utama dunia. "Saya ingin bantu Indonesia dari sisi ini. Pasti bangga juga jika bursa komoditi kita bisa menjadi acuan harga," ujar dia.
Ia percaya, investasi di komoditas dapat memberikan profit yang lebih tinggi dan lebih bernilai ketimbang berinvestasi di saham. Di satu sisi, ia mengakui, investasi di komoditas juga memiliki risiko karena pergerakan harga dipengaruhi banyak hal, seperti cuaca, produksi dan permintaan.
Namun, menurut dia, jika sudah mengerti dunia komoditas, bursa ini justru lebih aman.
Berbeda dengan uang yang bisa dicetak banyak, komoditas yang berasal dari alam, jumlahnya terbatas dan tak bisa diperbaharui. Komoditas itu selalu dicari dan dibutuhkan dunia. Jadi, harganya jarang yang benar-benar turun besar. Komoditas yang ia pilih dalam berinvestasi tidak berhubungan dengan banyak spekulan, misalnya, kopi, gula, beras dan jagung.
Tertarik sejak belia
Untuk meminimalisir risiko, Christilia berusaha mendiversifikasi produk investasinya di komoditas. "Misalnya saya membeli beras dari China. Untuk lindung nilai, saya beli komoditas lain seperti jagung. Jika sewaktu-waktu harga beras itu turun, komoditas lainnya masih dapat terlindungi," kata dia.
Wanita penyuka olahraga golf ini memang sejak masih belia lebih tertarik dengan bursa komoditas ketimbang pasar modal yang dia anggap membosankan. Menurut dia, komoditas itu memiliki tantangan lebih besar namun berpotensi mencetak profit lebih tinggi. Dengan catatan, investor harus paham kondisi ekonomi dan analisa pasar.
Pengelolaan sebagian besar investasi di pasar komoditas ia percayakan pada fund manager di luar negeri. Ia juga ikut menanamkan aset dengan membeli produk emas berjangka di BKDI. "Saya punya akun di BKDI, tapi memang jarang saya gunakan. Sebab, saya percaya emas akan terus naik," ujar dia.
Perempuan cantik ini mengaku telah mengenal produk investasi saat di bangku sekolah. Dulu, ketika umur 12 tahun, ia mendengar obrolan sang ayah dengan rekan-rekan bisnisnya mengenai menempatkan uang di pasar modal Singapura. Ayahnya lantas memberi saran agar Christilia membaca buku-buku investasi.
Rasa penasaran terhadap bidang investasi berkembang hingga di bangku kuliah. Setelah menamatkan kuliah di Seattle University, AS pada 2008, ia melanjutkan pendidikan lebih tinggi di Waseda University, Jepang dengan fokus di bidang investasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News