Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hubungan antara China dengan Australia kembali memanas. Yang terbaru, China memboikot impor batubara dari Australia, mengutip pemberitaan Bloomberg. Bahkan, operator pembangkit listrik dan pabrik baja di China telah diberitahukan untuk menghentikan penggunaan batubara dari Negeri Kanguru tersebut.
Debbie Naomi Panjaitan, Research Analyst Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan aksi boikot batubara Australia oleh pemerintah China bukanlah aksi yang serta merta dilakukan oleh China. Secara politis, hubungan bilateral antara Beijing dengan Canberra tidaklah harmonis.
Debbie menilai, langkah pelarangan mendadak impor batubara Australia untuk berlabuh ke China bisa saja sebagai tindakan balasan pemerintah China terkait langkah politis Australia terhadap China. Namun demikian, Debbie menilai, China bukanlah tipikal negara yang menggunakan fundamental ekonomi sebagai serangan balasan ketidaksetujuan politis terhadap negara-negara lain.
Langkah boikot ini diyakini sudah mengukur pertimbangan kondisi fundamental industri batubara dalam negeri China, setidaknya untuk jangka pendek.
Baca Juga: Batubara kena PPN, begini penilaian pengamat pajak
“Sangat masuk akal jika larangan penerimaan batubara Australia di China menyebabkan harga spot batubara acuan Newcastle terkoreksi 3,6% pekan ini karena ini juga dapat memberi sinyal bahwa China masih dapat memenuhi permintaan batubara dalam negeri mereka,” ujar Debbie kepada Kontan.co.id, Rabu (14/10).
Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Indonesia Anggaraksa Arismunandar mengatakan, kabar penghentian impor batubara dari Australia yang diberlakukan pemerintah China akan semakin menakan harga batubara.
Saat ini harga acuan batubara ICE Newcastle untuk pengiriman November 2020 sudah berada di bawah level US$ 55 per ton. “Hal ini wajar terjadi karena Australia berkontribusi sebanyak 35% dari impor baturbara thermal ke China,” ujar Anggaraksa saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (14/10).
Anggaraksa melanjutkan, aksi boikot terhadap batubara ini tidak serta merta akan berimbas positif bagi emiten-emiten yang memiliki pangsa pasar ekspor ke China.
Hal ini dikarenakan ada kemungkinan pembatasan kuota impor batubara ini juga diberlakukan terhadap negara lain, termasuk Indonesia. Dus, masih perlu dicermati darimana China akan memenuhi kuota untuk menggantikan impor batubara dari Australia.
Senada, Debbie menilai langkah restriksi impor batubara yang dilakukan China sejatinya bukan hanya agenda untuk memanfaatkan produksi dalam negeri. Lebih lanjut, aksi pembatasan impor ini juga sebagai bentuk ambisi China untuk mengurangi emisi karbon.
Sebelumnya, rencana relaksasi pembatasan impor batubatara China menjadi sentimen positif harga komoditas batubara. Dampak boikot ini tentu saja akan mempengaruhi kinerja emiten subsektor batubara dalam negeri Indonesia, mengingat harga acuan yang terkoreksi akan memberatkan pendapatan perusahaan.
Dari sektor pertambangan batubara, Phillip Sekuritas Indonesia menjatuhkan pilihan kepada saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Selanjutnya: Hubungan kian panas, China menyetop impor batubara dari Australia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News