Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski menguat, nilai tukar rupiah masih sulit tembus ke bawah Rp 15.000 per dolar AS. Jumat lalu (27/9), nilai tukar rupiah di pasar spot menguat 0,26% ke level Rp 15.125 per dolar Amerika Serikat (AS). Analis menilai, stimulus ekonomi China bisa menjadi pendorong penguatan rupiah.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana, mengatakan secara global masih ada ketidakpastian geopolitik, dan tensi Timur Tengah kian menambah kekhawatiran perang berikutnya.
Hal ini kemudian membuat investor global bersikap risk off dan cenderung memburu dolar sebagai aset. Di sisi lain tensi memanas di Timur Tengah membuat investor menahan diri untuk masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
Secara fundamental, ketidakstabilan rupiah disebabkan adanya risiko current account yang masih berlangsung di Indonesia. Tren surplus yang telah berlangsung selama 52 bulan terakhir juga belum memberikan dampak signifikan terhadap cadangan devisa.
Baca Juga: Begini Prediksi Pergerakan Rupiah, Senin (30/9)
Pengamat komoditas dan mata uang, Lukman Leong mengatakan, rupiah perlu insentif atau dorongan untuk penguatan lebih lanjut untuk tembus ke bawah Rp15.000.
"Stimulus ekonomi dan pemangkasan suku bunga oleh China sangat mendukung penguatan rupiah serta mata uang regional," kata Lukman kepada KONTAN, Jumat (27/9).
Untuk diketahui, China memangkas suku bunga acuan dan akan menerbitkan obligasi khusus senilai 2 triliun yuan (US$ 284,43 miliar) tahun ini. Aksi ini sebagai bagian dari stimulus fiskal baru.
Sebagian dari obligasi khusus itu, yakni 1 triliun yuan, akan dipakai untuk meningkatkan subsidi program penggantian barang konsumsi dan peralatan bisnis. Sedangkan 1 triliun yuan lainnya, akan dipakai untuk mengatasi masalah utang China.
Fikri menilai aksi China ini tidak akan langsung berdampak pada perekonomian Indonesia.
"Walaupun ada stimulus dari China yang akan berdampak positif bagi Indonesia, tetapi hal itu masih butuh waktu untuk dorong tren surplus atau dorong services Indonesia bisa lebih baik dari sebelumnya," kata Fikri kepada KONTAN, Minggu (29/9).
Pada akhir tahun, Fikri memprediksi rupiah akan bergerak di level Rp15.420. Angka tersebut sedikit terdepresiasi dibandingkan level saat ini. Sementara Lukman optimistis rupiah berpotensi menguat hingga mencapai Rp 14.500 pada akhir tahun ini.
Selanjutnya: Menteri ESDM Sebut Diberi Mandat Jokowi untuk Perbaiki Pengelolaan Sektor ESDM
Menarik Dibaca: Kumpulan Ucapan Hari Jantung Sedunia 2024 untuk Menjaga Kesehatan Jantung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News