Reporter: Dina Farisah, Wahyu Satriani | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Suku bunga acuan Bank Indonesia alias BI rate yang bertahan di level 7,5% diprediksi tidak banyak berimbas pada pasar modal. Dus, investor pun tetap harus waspada terhadap fluktuasi di pasar modal. Kuncinya, cermat dalam meracik portofolio.
Head of Investment PT AAA Aset Management, Siswa Rizali mengatakan, pada kondisi saat ini, investor bisa menimbang instrumen reksadana campuran. Sebab, reksadana campuran memiliki fleksibilitas dalam meramu aset dasarnya. Instrumen investasi ini memungkinkan fund manager mengoleksi saham, surat utang negara (SUN), dan menyisakan porsi di kas.
Bagi investor agresif, bisa memilih reksadana dengan aset dasar lebih banyak ke SUN. Saham juga bisa menjadi pilihan, tetapi pemilihan saham harus dilakukan dengan pertimbangan fundamental, valuasi dan likuiditas.
Menurut Siswa, level BI rate saat ini tertinggal dibandingkan yield SUN bertenor 10 tahun di kisaran level 8,6%. Tingkat suku bunga acuan juga kalah dibanding suku bunga deposito perbankan yang bahkan sudah ada yang menawarkan hingga 9%. "Sehingga ada pilihan juga masuk di SUN, saham maupun deposito," ujar dia.
Direktur PT MNC Asset Management, Suwito Haryatno menduga, BI rate akan kembali naik pada kuartal I-2014. Jika investor menginginkan rasa aman, deposito menjadi pilihan investasi yang cocok, karena tawaran bunganya yang menarik.
Investor yang memiliki tujuan jangka pendek dapat masuk ke saham dengan melakukan trading. "Sementara, investor dengan tujuan jangka panjang mulai bisa mengakumulasi reksadana saham secara bertahap,” papar Suwito.
Adapun sektor saham yang direkomendasikan Suwito meliputi saham sektor defensif, seperti konsumsi, saham perbankan dan saham sektor konstruksi.
Saham pilihan
Hans Kwee, Direktur Emco Asset Management menimpali, untuk saat ini ia menyarankan investor untuk memegang 50% dana investasi di saham dan sisanya di kas. Komposisi tersebut bisa dipertahankan hingga Januari 2014 nanti. "Sementara hindari obligasi terlebih dahulu," ujar Hans.
Adapun saham-saham yang bisa menjadi pilihan antara lain saham sektor perbankan. Menurut dia, saham empat bank besar bisa menjadi incaran investor seperti saham BMRI, BBCA, BBRI dan saham BBNI. "Selain itu, saham sektor konsumsi dan perkebunan kelapa sawit juga akan bagus," tutur dia.
Hans memperkirakan, pasar saham bakal mengalami kenaikan pasca keputusan Federal Open Market Committee, The Fed. Namun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya akan bergerak terbatas menuju kisaran 4.400.
Karma P Siregar, Associate Director Mutual Fund Sales dan Marketing PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen mengatakan, alokasi investasi akan berbeda tergantung profil masing-masing investor. Untuk investor agresif, bisa menempatkan investasi sekitar 80% di saham dan 20% pada pasar uang. Untuk investor konservatif bisa memperbesar porsi investasi aman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News