Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di beberapa waktu belakangan rumor terkait PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) yang akan melepas saham anak usahanya PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), kepada produsen semen India, UltraTech Cement Ltd menyebar kencang.
Kalangan analis menganggap rumor ini bisa memengaruhi kelangsungan usaha kedua emiten tersebut jika benar-benar terwujud.
Sejauh ini, belum ada kejelasan lebih rinci terkait nilai transaksi, jumlah saham, dan waktu pelaksanaan akuisisi yang hendak dilakukan UltraTech Cement Ltd kepada SMBR. Pihak SMBR sendiri belum banyak bicara terkait rumor tersebut.
Corporate Secretary Semen Baturaja Hari Liandu mengaku, pihaknya belum ada komunikasi resmi atau pembicaraan dengan pihak UltraTech Cement ataupun Semen Indonesia Group (SIG) selaku pemegang saham Seri B terbanyak SMBR.
“Jadi, kami belum bisa memberikan informasi lebih lanjut soal itu,” kata dia, Selasa (6/5).
Baca Juga: Pendapatan dan Laba Bersih Semen Indonesia (SMGR) Turun di Kuartal I-2025
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia menyampaikan, ada beberapa plus minus yang didapatkan oleh SMGR jika mereka melepas saham SMBR ke UltraTech Cement. Dari sisi plusnya, penjualan saham SMBR dapat memberikan pendapatan segar yang dapat digunakan untuk memperkuat posisi keuangan SMGR, khususnya untuk pengembangan usaha lain atau pengurangan utang.
“Dengan melepas SMBR, ini dapat membantu SMGR fokus pada bisnis semen yang lebih menguntungkan dan strategis, terutama di pasar yang lebih besar dan berkembang,” kata dia, Selasa (6/5).
Sisi negatifnya, sebagai pemegang saham mayoritas, SMGR berpotensi kehilangan kontrol lebih besar atas keputusan operasional SMBR jika emiten itu lepas ke UltraTech Cement.
Di samping itu, keputusan untuk melepas saham SMBR dapat dipandang sebagai langkah untuk merestrukturisasi atau mengurangi kapasitas produksi, yang mungkin bisa berdampak pada persepsi pasar terhadap keberlanjutan bisnis SMGR secara jangka panjang.
Bagi SMBR, jika mereka diakuisisi oleh UltraTech Cement, maka perusahaan tersebut bisa membawa stabilitas finansial dan teknologi yang lebih maju. Dengan modal yang lebih besar dan pengalaman internasional. SMBR juga berpotensi memperluas jangkauan pasar, meningkatkan efisiensi operasional, dan memperoleh inovasi dalam produksi semen.
Sebaliknya, SMBR akan berhadapan dengan perubahan budaya perusahaan dan adaptasi strategi baru dari investor asing yang mungkin berbeda dengan visi manajemen yang ada saat ini. Bukan mustahil terjadi perombakan manajemen dan personel di berbagai lini, tergantung tujuannya.
Baca Juga: Semen Indonesia (SMGR) Kantongi Laba Rp 720 Miliar pada 2024
Lebih lanjut, wacana akuisisi SMBR oleh investor asing seperti UltraTech Sement dapat mengubah peta persaingan industri semen Indonesia yang saat ini didominasi oleh beberapa pemain besar nasional.
Di antaranya adalah SMGR dengan pangsa pasar 50%, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) punya pangsa pasar 25%, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) dengan pangsa pasar 15%, PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT) punya pangsa pasar 6%—7%, dan lain-lain.
“Prospek bisnis SMGR dan SMBR ke depannya akan sangat tergantung pada bagaimana kedua perusahaan ini beradaptasi dengan perubahan tersebut,” kata Liza.
Dia menambahkan, jika UltraTech Cement jadi mengakuisisi SMBR dan melakukan ekspansi agresif, maka SMBR berpotensi menjadi pemain semen terbesar keempat atau menyalip CMNT, terutama jika mereka mampu menambah kapasitas atau efisiensi distribusi semen di Sumatra dan sekitarnya. SMGR juga perlu mewaspadai posisinya lantaran kemunculan pemain asing dengan teknologi canggih dan efisiensi biaya tinggi.
Sementara itu, Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan menilai, ketertarikan UltraTech Cement terhadap SMBR dapat memberikan sentimen positif terhadap harga saham emiten tersebut.
Bagi SMGR tersendiri, jika mereka mau melepas kepemilikan saham atas SMBR, maka ini dapat menjadi langkah rasional untuk memperkuat fokus pada aset inti, meningkatkan efisiensi portofolio, dan memperbaiki posisi keuangan secara keseluruhan.
Keunggulan SMBR di mata investor ada pada posisi yang sangat strategis di sektornya. Sebagai satu-satunya produsen semen di Sumatera Selatan, SMBR memiliki keunggulan logistik dan akses langsung ke pasar di wilayah tersebut. Belum lagi, valuasi SMBR saat ini tergolong murah.
“Jika mendapatkan dukungan dari investor strategis seperti UltraTech, SMBR berpotensi meningkatkan efisiensi operasional, daya saing domestik, dan bahkan memperluas jangkauan pasar, termasuk kemungkinan ekspor ke luar negeri,” ungkap dia, Selasa (6/5).
Berkaca dari rumor tersebut, Ekky menyarankan investor untuk hold saham SMGR dengan target harga di kisaran Rp 3.460 per saham. Dia juga memperkirakan saham SMBR dapat menguat ke area Rp 300—320 per saham yang didorong oleh sentimen akuisisi dan valuasi yang masih menarik bagi investor.
Liza menyebut, saham SMGR kemungkinan masih menarik bagi investor yang berfokus pada stabilitas dan potensi pertumbuhan di sektor semen domestik. Namun, jika ada ketidakpastian terkait potensi divestasi atau perubahan kepemilikan, investor perlu mempertimbangkan risiko tersebut.
Dia juga menyebut, potensi akuisisi oleh UltraTech Cement dapat menjadi katalis positif bagi saham SMBR. Namun, dinamika tersebut membawa ketidakpastian dalam jangka pendek.
“Meski begitu, jika ada kejelasan mengenai akuisisi ini, SMBR berpotensi mendapat keuntungan besar baik dari sisi teknologi maupun perluasan pasar,” pungkas Liza.
Selanjutnya: Ekonom Proyeksikan Realisasi Cadangan Devisa April 2025 Masih Stabil
Menarik Dibaca: IBM dan Scuderia Ferrari HP Luncurkan Aplikasi Mobile bagi Penggemar Formula 1 Global
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News