Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (INDY) terus menggenjot diversifikasi ke segmen usaha non-batubara. Sebagian besar anggaran belanja modal atawa capital expenditure (capex) INDY pada tahun lalu pun diserap untuk mengembangkan segmen tersebut.
Sepanjang tahun 2023, INDY merealisasikan capex senilai US$ 142,7 juta. Sebagai gambaran saja, jika dikonversi memakai kurs saat ini sebesar Rp 15.890 per dolar Amerika Serikat (AS), jumlah capex INDY itu setara dengan Rp 2,26 triliun.
Direktur Utama Indika Energy Arsjad Rasjid mengungkapkan sebanyak US$ 37,4 juta atau setara 26,2% digunakan untuk bisnis eksisting. Termasuk untuk Indika Indonesia Resources sebesar US$ 19,7 juta dan Kideco sebesar US$ 17,7 juta.
Sementara untuk bisnis non-batubara, capex INDY terutama digunakan untuk sektor mineral, khususnya proyek Awakmas sebesar US$ 66,2 juta. Kemudian untuk sektor kendaraan listrik melalui Ilectra Motor Group (IMG) US$ 14,5 juta, dan sektor solusi berbasis alam melalui Indika Nature sebesar US$ 14,6 juta.
Baca Juga: Pendapatan Tertekan, Laba Indika Energy (INDY) Turun 73,56%
Arsjad menerangkan, sepanjang tahun 2023 INDY mencatatkan pertumbuhan di sektor rendah karbon - mineral, kendaraan listrik, energi terbarukan, solusi berbasis alam, dan digital. Di samping melalui diversifikasi, pada tahun 2023 INDY juga memulai proses divestasi Multi Tambangjaya Utama (MUTU).
INDY juga meningkatkan performa lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), menuju netral karbon pada tahun 2050.
"Pada tahun 2023, kami mengevaluasi kembali target ESG untuk membuatnya lebih ambisius. Kami menguatkan komitmen, memberikan parameter baru, menyempurnakan target ESG dan memetakan inisiatif keberlanjutan kami menuju netral karbon pada tahun 2050," kata Arsjad dalam rilis, Senin (1/4).
Sebagai bagian dari upaya mengembangkan portofolio di sektor solusi berbasis alam dan energi terbarukan, INDY rajin menggelar ekspansi dan aksi korporasi. Terbaru, pada 27 Maret 2024 INDY melalui anak perusahaannya Indika Nature mengakuisisi sisa 54% saham PT Nusantara Aromatik Nusantara (NAN), eksportir minyak atsiri terbesar keempat di Indonesia, senilai US$ 12,7 juta.
Sebelumnya, pada 26 Februari 2024, INDY melalui anak perusahaannya Indika Indonesia Resources (IIR) dan Indika Capital Investments Pte. Ltd. (ICI) telah menyelesaikan penjualan 2.263 juta saham atau 100% kepemilikannya di MUTU.
Pada akhir tahun 2023, tepatnya 28 Desember 2023, INDY telah menandatangani perjanjian fasilitas kredit sebesar US$ 300 juta dengan Bank Mandiri dan BNI. Pinjaman ini berjangka waktu 5 tahun dengan tingkat bunga SOFR +1,55% per tahun, pari passu dengan senior note 2024 dan 2025. Dana yang diperoleh dari pinjaman ini akan digunakan untuk pengelolaan liabilitas.
Pada 22 Desember 2023, INDY tergabung dalam konsorsium dengan InfraCo Asia Development Pte Ltd, memenangkan tender kerjasama pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) hybrid dengan baterai untuk Program De-dieselisasi PLN Tahap I.
Total kapasitas pembangkitan sebesar 102 MWp dan baterai penyimpan daya 252 MWh di Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara (kluster II).
"Sepanjang tahun 2023, INDY secara aktif menyambut perubahan dan memanfaatkannya sebagai katalis bagi inovasi dan transformasi. INDY dalam menambah portofolio dan memperkuat diversifikasi usaha ke sektor non-batubara. Sustainability terus menjadi landasan utama dalam seluruh kegiatan operasional kami,” tutur Arsjad.
Kinerja INDY Tahun 2023
Dalam laporan keuangan tahun buku 2023, top line dan bottom line INDY kompak merosot. INDY meraup pendapatan sebesar US$ 3,02 miliar atau turun 30,25% dibandingkan capaian US$ 4,33 miliar pada tahun 2022.
INDY meraih laba bersih senilai US$ 119,68 juta sepanjang tahun 2023. Merosot 73,56% dibandingkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk INDY tahun 2022 yang kala itu mencapai US$ 452,67 juta.
Penurunan kinerja tersebut sejalan dengan anak-anak perusahaan INDY seperti Kideco, Indika Indonesia Resources, dan Tripatra yang juga mencatat penurunan pendapatan. Pendapatan INDY terpangkas terutama disebabkan oleh pelemahan rata-rata harga jual batubara Kideco di tahun 2023 menjadi sebesar US$ 72,9 per ton, dibandingkan US$ 86,6 per ton pada tahun sebelumnya.
Selain itu, terjadi penurunan volume penjualan Kideco menjadi 30,5 juta ton atau menurun 12,2% dibandingkan 34,8 juta ton pada tahun 2022. Meski begitu, Kideco mampu memenuhi komitmen dengan mengalokasikan 29,8% dari total produksi untuk kebutuhan dalam negeri, atau melebihi ketentuan 25% Domestic Market Obligation (DMO).
Rekomendasi Saham
Research Analyst Phintraco Sekuritas Aditya Prayoga menilai penurunan kinerja INDY sudah sesuai ekspektasi. Penurunan pendapatan disertai dengan penurunan volume produksi serta pelemahan rata-rata harga penjualan.
Dengan kontribusi penjualan batubara yang masih dominan terhadap pendapatan, harga komoditas tetap menjadi faktor krusial terhadap kinerja INDY. Aditya pun menyambut positif upaya yang dilakukan oleh INDY dalam melakukan diversifikasi bisnis, sehingga mengurangi risiko ketergantungan pada satu komoditas.
Baca Juga: Lanjutkan Diversifikasi, Indika Energy (INDY) Akuisisi Perusahaan Minyak Atsiri
Hanya saja, sejauh ini kontribusi dari bisnis non-batubara, terutama bisnis hijau masih mini bagi pendapatan INDY. "Berbagai aksi korporasi, seperti mengakuisisi perusahaan minyak atsiri, diharapkan dapat mendorong kinerja bisnis hijau dalam memberikan kontribusi yang lebih signifikan," kata Aditya.
Research Analyst Reliance Sekuritas Ayu Dian punya pandangan serupa. Strategi diversifikasi merupakan langkah yang positif dan mulai tercermin pada peningkatan pendapatan dan kontribusi dari segmen mineral dan bisnis hijau.
Tapi Ayu menyoroti masih perlu waktu bagi INDY untuk mendulang hasil dari diversifikasi bisnis non-batubara, khususnya pada segmen energi hijau dan kendaraan listrik (EV). Apalagi di tengah persaingan kendaraan EV dan tren penjualan yang cukup bergantung pada instentif pemerintah.
Sebagai rekomendasi, Ayu pun menyarankan hold saham INDY dengan target harga di level Rp 1.620. Sedangkan Aditya menyarankan wait and see saat pergerakan saham INDY masih dalam fase kondolidasi.
Pelaku pasar bisa mempertimbangkan buy saham INDY dengan mencermati level support Rp 1.435 - Rp 1.450. Target harga berada di level Rp 1.535 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News