Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) akan memberatkan bisnis PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Emiten rokok ini menghadapi persaingan yang ketat imbas kesenjangan tarif yang semakin melebar dengan produsen rokok tingkat 2.
Asal tahu saja, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terbaru tentang cukai hasil tembakau untuk tahun 2023-2024. Ketentuan tersebut resmi dimulai pada 1 Januari 2023 untuk tahun 2023 dan 1 Januari 2024 untuk tahun 2024.
Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya menjelaskan bahwa dari Kemenkeu menerapkan tarif cukai Sigaret Kretek Mesin (SKM) tingkat 1 per batang akan naik 11,8% untuk tahun 2023 dan 2024, masing-masing menjadi Rp 1.101 dan Rp 1.231. Sementara, cukai SKM tingkat 2 akan naik 11,5% masing-masing menjadi Rp 669 dan Rp 746 untuk 2023 dan 2024.
Dengan demikian, kesenjangan cukai antara kategori tingkat 1 dan tingkat 2 semakin melebar Rp 432 dan Rp 485 per batang, masing-masing pada tahun 2023 dan 2024. Sementara kesenjangan pada tahun 2022 hanya sebesar Rp 385.
Baca Juga: Tertekan Kenaikan Cukai, Begini Rekomendasi Saham HMSP dan GGRM dari Analis
"Kami percaya bahwa GGRM akan terus menghadapi persaingan yang ketat dengan produsen tingkat 2," Imbuh Christine saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (12/1).
Sementara, lanjut Christine, untuk golongan Sigaret Kretek Tangan (SKT), cukai bagi produsen tingkat 1A per batang akan naik 4,8% year on year (YoY) menjadi Rp 461 di tahun 2023 & Rp 483 di tahun 2024.
Kondisi tersebut dianggap bisa menguntungkan pangsa pasar industri SKT lebih lanjut karena memegang kenaikan cukai terkecil. Hal itu menyusul cukai yang lebih tinggi pada golongan SKM tingkat 1.
Selain itu, regulasi Kemenkeu turut berlaku pada kenaikan Harga Jual Eceran (HJE) rokok. Pada tahun 2023, HJE SKM produsen rokok tingkat 1 akan meningkat sebesar 7,9% YoY.
Baca Juga: GGRM Suntik Rp 7 Triliun ke Anak Usaha Bidang Jalan Tol
Sementara, HJE SKT tingkat 1 akan tumbuh sebesar 10,1% YoY, kategori tingkat 2 dan tingkat 3 akan meningkat lebih cepat masing-masing sebesar 20% dan 19,8%.
Christine mengungkapkan bahwa baru-baru ini harga jual produk andalan GGRM yakni Surya Pro Mild (16s) senilai Rp 28.700 per bungkus. Nah, guna mengikuti kenaikan HJE SKM tingkat 1, GGRM perlu menaikkan harga jualnya sebesar 15% di tahun 2023. Di sisi lain, upaya GGRM dalam menaikkan HJE penting agar membatasi penurunan margin.
Terlepas dari itu, volume penjualan produk SKM milik GGRM akan melemah karena efek downtrading yakni perpindahan konsumsi perokok ke produk dengan cukai dan harga yang lebih murah. Dimana GGRM masih dihadapkan persaingan ketat dengan produsen tingkat 2.
Mirae Asset Sekuritas menganggap bahwa kenaikan cukai produk SKM yang signifikan selama dua tahun berturut-turut akan terus menekan valuasi perusahaan rokok. Meskipun, penurunan margin akan terbatas karena didorong oleh harga jual yang lebih tinggi.
Proyeksi Mirae Asset, GGRM bakal menghimpun pendapatan sebesar Rp 132,54 triliun di tahun 2022 dengan laba bersih Rp 2,04 triliun. Sementara pendapatan di tahun 2023 diperkirakan sekitar Rp 139,83 triliun diikuti laba bersih senilai Rp 2,23 triliun.
Baca Juga: Setor Modal ke Anak Usaha Jalan Tol, Begini Prospek Gudang Garam (GGRM)
Analis MNC Sekuritas Raka Junico dalam riset 13 Oktober 2022 mengatakan bahwa penggerak potensial bagi emiten rokok adalah tahun politik. Jelang pemilihan umum (pemilu) 2024, GGRM diharapkan bisa mengejar momentum tersebut guna mendongkrak volume penjualan.
Secara historis, Raka memaparkan, volume penjualan GGRM dalam 2 pemilu sebelumnya telah melonjak dibandingkan penjualan biasa. Rata-rata tumbuhnya penjualan pada tahun 2014 dan tahun 2019 sebesar 8,96%
Selain itu, daya beli masyarakat dinilai dapat meningkat selama tahun politik. Pasalnya, perputaran uang selama kampanye politik berpotensi meningkat, karena alokasi anggaran untuk pemilu meningkat sekitar 200% dibandingkan dengan tahun 2019.
Bisnis GGRM diproyeksikan dapat pulih pada tahun 2023-2024 didukung oleh meningkatnya permintaan dan posisi terdepan dengan pangsa pasar berkisar 27,5%. Raka menyarankan hold GGRM dengan target harga di Rp 23.000 per saham.
Sedangkan, Christine mengubah rekomendasi saham GGRM dari sell menjadi hold dengan target harga Rp 16.500 per saham. Target harga menggunakan pertimbangan EPS 2023 dan target P/E yang sedikit lebih rendah sebesar 14,5x, sebelumnya 15,5x.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News