Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas, Wahyu Satriani | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Krisis ekonomi global berimbas ke pasar domestik. Satu indikasinya, Credit Default Swap (CDS) Indonesia, yang mencerminkan tingkat risiko berinvestasi di Tanah Air, menanjak lagi.
CDS bertenor lima tahun, Senin (19/9) lalu, menyentuh 195,89. Ini merupakan rekor tertinggi CDS Indonesia sepanjang 2011. Angka itu juga menunjukkan CDS Indonesia naik 4,47% dari posisi 187,5 pada akhir pekan lalu. Di saat yang sama, CDS bertenor 10 tahun juga melaju ke posisi tertingginya selama 2011 di 268,15.
Imam MS, analis obligasi Trimegah Securities mengungkapkan, angka CDS yang tinggi terdongkrak sentimen Eropa. Apalagi, "Standard & Poor\'s (S&P) telah menurunkan outlook pertumbuhan rata-rata Italia menjadi 0,7% dalam rentang waktu 2011-2014. Proyeksi sebelumnya sebesar 1,3%," kata Imam kepada KONTAN, Selasa (20/9).
S&P juga memangkas peringkat utang Italia menjadi A dari sebelumnya A+. Setelah investor mengetahui pemangkasan peringkat tersebut, beban utang Italia akan semakin berat. "Ditambah debt GDP ratio Italia sebesar 119%, yang menunjukkan komposisi utang lebih besar dari gross domestic product (GDP)," kata Imam.
Faktor Eropa
Menanjaknya angka CDS Indonesia ikut menekan harga sebagian surat utang negara. Harga harian SUN seri FR53 yang jatuh tempo 2021, Selasa, terkoreksi 7,78% menjadi 107 dengan yield 7,239%. Harga SUN seri FR56 yang bertenor 15 tahun juga menurun 1,16% menjadi 106,50. Selanjutnya, harga SUN seri FR58 yang berjangka waktu 20 tahun melorot 0,29% ke 103,50.
Analis obligasi Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih, menilai sekarang adalah saat tepat melepas SUN dan mengambil untung. Sebab, kondisi pasar sepanjang September ini masih akan berfluktuasi. "Semua masih menunggu penyelesaian krisis Yunani yang akan ditentukan akhir September ini," tutur Lana, Senin.
Di tengah kondisi seperti ini, investor bisa beralih ke instrumen SUN jangka menengah dengan tenor tiga atau lima tahun. Pasalnya, instrumen jangka panjang dinilai masih berisiko.
Analis obligasi NC Securities, I Made Adi Saputra, menyarankan investor selektif dalam menjual maupun membeli SUN. Apabila sudah merasa untung, investor bisa trading jangka pendek. "Trading jangka pendek harus aktif di pasar sekunder. Kalau biasanya menyimpan barang selama satu hingga dua bulan baru dijual, untuk jangka pendek, transaksi beli dan jual bisa tiap hari," ujarnya.
Investor sebaiknya beralih dari tenor panjang ke tenor pendek. Menurut Made, investor bisa menjual seri FR54, FR56, FR57 dan FR58. "Kemudian masuk ke FR55. Hal itu untuk memperkecil risiko fluktuasi harga, tapi masih ditempatkan pada instrumen surat utang negara," katanya.
Imam menambahkan, masuknya investor ke aset domestik tergantung pada perhitungan keuntungan investasinya. "Apabila yield obligasi pemerintah masih lebih besar daripada cost of fund investasi mereka, maka investor masih cenderung akan kembali," jelas Imam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News