Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penguatan rupiah yang terjadi dalam beberapa hari terakhir membuat kondisi pasar keuangan Indonesia tampak lebih kondusif. Hal tersebut pada akhirnya membuat indeks persepsi risiko investasi Indonesia kembali menurun.
Mengutip Bloomberg, credit default swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun berada di level 142,06 pada perdagangan Kamis (11/8) alias turun 10,91% dari posisi pada tanggal 29 Oktober lalu. Kala itu, CDS tenor 5 tahun bertengger di level tertinggi di tahun ini yaitu 159,47.
Tren yang sama terjadi pada CDS Indonesia tenor 10 tahun. Kemarin, CDS tenor 10 tahun berada di level 217.090 atau turun 7,73% dari posisi tertingginya di level 235,30 yang terjadi pada 31 Oktober silam.
Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia, Fikri C. Permana mengatakan, terapresiasinya rupiah terhadap dollar AS di awal bulan ini berperan besar terhadap penurunan yang terjadi pada CDS Indonesia.
Sebagai catatan, kurs rupiah di pasar spot Kamis (8/11) berada di level Rp 14.539 per dollar AS. Sepanjang bulan November, mata uang garuda telah menguat 4,36% (mtd).
Selain didukung oleh sentimen eksternal seperti meredanya isu perang dagang, stabilnya pergerakan yield US Treasury, dan kelangsungan pemilu sela AS, data ekonomi yang dirilis pemerintah Indonesia juga cenderung positif belakangan ini. “Secara global, kondisi perekonomian terlihat lebih kondusif saat ini,” imbuh dia, Kamis (8/11).
Jika ditelusuri, Indonesia memang tidak sendirian. Sejumlah negara emerging market juga mengalami perbaikan persepsi risiko investasi. Misalnya Filipina yang CDS tenor 5 tahunnya berada di level 89,20 pada hari ini. Padahal, 30 Oktober lalu CDS tenor 5 tahun negara tersebut berada di level 98,73 yang merupakan level tertingginya di tahun ini.
Research Analyst Capital Asset Management, Desmon Silitonga menambahkan, penurunan CDS Indonesia kian mempermulus aliran dana asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia.
Ambil contoh di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan mencatat, dari akhir Oktober hingga 6 November lalu, kepemilikan asing di SBN bertambah Rp 5,08 triliun menjadi Rp 869,40 triliun. Hal ini melanjutkan tren positif sepanjang bulan Oktober silam yang mana aksi beli investor asing di pasar SBN mencapai Rp 13,47 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News