kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   -1.000   -0,06%
  • USD/IDR 16.265   -85,00   -0,53%
  • IDX 7.073   -92,58   -1,29%
  • KOMPAS100 1.039   -16,65   -1,58%
  • LQ45 818   -13,93   -1,67%
  • ISSI 212   -2,57   -1,20%
  • IDX30 421   -5,97   -1,40%
  • IDXHIDIV20 506   -5,92   -1,16%
  • IDX80 118   -2,08   -1,73%
  • IDXV30 121   -1,72   -1,40%
  • IDXQ30 139   -1,80   -1,29%

Cari Saham IPO Berkualitas Masih Jadi Tantangan, Investor Wajib Jeli Perhatikan Ini


Kamis, 30 Januari 2025 / 10:35 WIB
Cari Saham IPO Berkualitas Masih Jadi Tantangan, Investor Wajib Jeli Perhatikan Ini
ILUSTRASI. Mahasiswa mengunjungi Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta (15/1/2025). KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Rashif Usman | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar modal Indonesia terus diramaikan oleh perusahaan-perusahaan yang melantai di bursa melalui hajatan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO). 

Meski demikian, menjaring saham IPO yang benar-benar berkualitas dinilai masih menjadi tantangan bagi otoritas dan regulator.

Misalnya, pada saham PT Daya Intiguna Yasa Tbk (MDIY) yang diduga merekayasa laporan keuangannya. Emiten ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (19/12) lalu.

MDIY menawarkan 2,52 miliar saham atau 10% dari total modal. Dengan harga IPO Rp 1.650, dana yang berhasil dihimpun dari IPO ini sebesar Rp 4,15 triliun.

Baca Juga: Intip Saham-Saham yang Banyak Dilego Asing Sepekan Terakhir, BBCA dan GOTO Terbesar

Dalam laporan Kontan sebelumnya, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan dari dana publik sebesar ini, 90% atau Rp 3,73 triliun adalah divestasi pemegang saham lama sehingga kas masuk ke kantong pengendali yaitu, Azara Alpina Sdn Bhd, perusahaan asal Malaysia.

Pada akhir 2023, total ekuitas emiten ini hanya Rp 860,5 miliar. Lalu di tahun 2024 ada setoran modal Rp 500 miliar dan selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali Rp 524 miliar yang misterius. Ditambah laba periodik semesteran, ekuitas membengkak menjadi Rp 2,13 triliun sebelum IPO.

Setelah IPO, kepemilikan Azara berkurang dari 95,67% menjadi 85,71%. Tapi, nilai nominalnya justru naik dari Rp 2,05 triliun sebelum IPO menjadi Rp 2,18 triliun setelah IPO. Ini dikarenakan total ekuitas bertambah Rp 415 miliar dari penerbitan 1% saham baru dan perolehan dana itulah yang masuk ke MDIY.

Dari dana yang masuk ini sebanyak 60% untuk membayar sebagian utan ke Bank CIMB Niaga Tbk. Sisanya sebanyak 40% digunakan untuk ekspansi toko dan tambahan modal kerja.

Pada hari pertama perdagangan pun, saham MDIY sempat ARB (auto reject bawah) 25% sebelum bangkit mencapai harga tertinggi di Rp 1.900 dan ditutup pada level Rp 1.690 dengan nilai transaksi Rp 721,2 miliar.

Budi menyoroti berbagai kejanggalan, termasuk transaksi pihak berelasi yang menambah ekuitas sebesar Rp 524 miliar, valuasi IPO yang sangat tinggi, sempat ARB di hari pertama, serta penggunaan laporan keuangan hasil review dari Kantor Akuntan Publik alih-alih laporan audit lengkap. 

Menurutnya, pemegang saham pengendali meraup keuntungan besar dari skema ini. Menjual 10%, lalu menerima kas Rp 3,73 triliun, dan modal naik Rp 143,3 miliar.

Baca Juga: IHSG Bergerak Fluktuatif Selama 100 Hari Prabowo Menjabat

"Rekayasa keuangan yang sangat jenius dan brilian ini anehnya bisa lolos dengan mulus dari pengawasan regulator dan otoritas," tegas Budi.

Ia juga mempertanyakan laba bersih MDIY yang melonjak tajam di semester pertama tahun 2024. Akibatnya, net profit margin (NPM) menjadi tidak wajar dan valuasi ketinggian. Valuasi setinggi ini menurutnya ialah kemenangan telak emiten dan penjamin emisi. 

Selain itu, laporan independen yang dikeluarkan auditor untuk 6 bulan tahun 2024 bukan laporan audit seperti tahun 2021-2023 tetapi sebatas review.

"Saya juga baru tahu ternyata untuk IPO tidak perlu laporan yang sudah diaudit (audited) tetapi cukup hasil review laporan keuangan interim. Mengapa otoritas dan regulator terkesan begitu longgar dalam meloloskan IPO dan valuasinya?," tanya Budi. 

Pengawasan Lebih Ketat

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menegaskan bahwa kasus IPO MDIY menunjukkan perlunya pengawasan yang lebih ketat dari otoritas untuk memastikan kualitas perusahaan yang melantai di bursa.

"Meski BEI dan OJK memiliki standar evaluasi, dugaan rekayasa keuangan menunjukkan celah dalam proses penilaian," kata Miftahul kepada Kontan, Selasa (28/1).

Head of Investment Specialist PT Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah menambahkan pada dasarnya perusahaan yang melakukan IPO ada kecenderungan dijual pada harga premium. Namun, hal ini masih bisa diterima jika proyeksi pertumbuhan bisnisnya sejalan dengan valuasi yang ditawarkan.

Fath juga menyampaikan kecenderungan pasar lebih memilih calon emiten yang punya korelasi dengan induk yang sudah IPO terlebih dahulu, karena pasar memiliki ekspektasi apabila kinerja induk atau perusahaan yang terkorelasi mengalami kinerja positif, maka harga sahamnya akan naik. 

"Calon emiten yang terkorelasi memiliki potensi kinerja harga saham yang positif juga," ujar Fath kepada Kontan, Selasa (28/1).

Baca Juga: 100 Hari Pemerintahan Prabowo, Kinerja IHSG Bergerak Fluktuatif

VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi menyoroti meski ada pelonggaran kebijakan IPO dalam POJK No 21 tahun 2021 terkait perubahan jumlah pemegang saham, syarat profitabilitas, syarat pencatatan saham serta peningkatan batas kapitalisasi pasar, ia berpandangan hal ini dikhususkan untuk meningkatkan perusahaan go public, serta mendorong partisipan dari UMKM dan startup

"Kendati begitu, kami juga mencermati dampak dalam beberapa waktu terakhir yang di mana tren harga saham IPO yang cenderung alami penurunan signifikan pasca perdagangan pasar reguler," jelas Audi kepada Kontan, Selasa (28/1).

Audi bilang kondisi ini memang bukan hanya menjadi tugas regulator, tetapi investor juga dituntut untuk tetap memperhatikan kinerja dan outlook emiten. 

Investor Wajib Jeli 

Sepanjang Januari 2025, setidaknya ada 8 emiten yang resmi IPO di Bursa. Setelah debut IPO, pergerakan sahamnya pun bervariasi. 

Saham RATU misalnya sudah melonjak 398,26% sejak listing IPO. Diikuti saham OBAT yang naik 104,13%, saham CBDK meningkat 72,41%, DGWG melesat 8,39% dan HGII tumbuh tipis 0,94%.

Sisanya, saham seperti BRRC, KSIX dan YOII mencatatkan penurunan harga saham sejak debut IPO masing-masing melemah 75,95%, 52,21% dan 39,26%.

Baca Juga: IHSG Terkoreksi, Cermati Saham-Saham yang Banyak Dikoleksi Asing di Akhir Pekan

Dengan dinamika ini, Miftahul menyarankan agar investor tidak hanya mengandalkan momentum IPO, tetapi juga melakukan analisis fundamental sebelum berinvestasi. Diversifikasi portofolio dan manajemen risiko menjadi kunci untuk menghadapi volatilitas saham IPO yang memiliki profil risk-reward tinggi.

Untuk saham RATU, misalnya, melihat harga saat ini sudah cukup tinggi, investor bisa mempertimbangkan untuk take profit.

Audi juga menekankan beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan sebelum membeli saham IPO. Pertama, alokasi dana hasil IPO. Kedua, kualitas laporan keuangan yang disajikan, tetapi laporan yang hanya berupa review perlu dievaluasi lebih lanjut. Ketiga, prospek industri emiten tersebut.

"Untuk investor yang telah memiliki saham IPO alami penurunan signifikan, maka strategi yang dapat dilakukan yakni mulai lakukan diversifikasi ke dalam saham growth atau momentum untuk adjustment portofolio," tutup Audi.

Selanjutnya: 3 dari 10 Pemilik Tesla Pertimbangkan Jual Mobilnya Gara-gara Tingkah Elon Musk

Menarik Dibaca: Tiktok dan Sejiwa Foundation Dorong Orang Tua Dukung Keamanan Digital Remaja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×