CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.880   0,00   0,00%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Butuh Partisipasi Investor Ritel untuk Meningkatkan Transaksi ETF di Pasar Sekunder


Kamis, 13 Januari 2022 / 20:47 WIB
Butuh Partisipasi Investor Ritel untuk Meningkatkan Transaksi ETF di Pasar Sekunder
ILUSTRASI. Dana kelolaan atawa asset under management (AUM) ETF menurun 8,66% menjadi Rp 14,77 triliun di sepanjang 2021.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat transaksi perdagangan reksadana exchange traded fund (ETF) di pasar sekunder menurun dalam tiga bulan terakhir di 2021. Namun, manajer investasi menilai perkembangan industri reksadana ETF berpotensi tetap tumbuh, terutama transaksi di pasar primer. 

Berdasarkan data BEI per Desember 2021 volume transaksi reksadana ETF mencapai 5.144 unit dengan nilai Rp 2,35 miliar. Angka ini menurun bila dibandingkan periode November dengan volume mencapai 8.031 unit dengan nilai Rp 3,65 miliar. Angka di November juga lebih rendah dari periode Oktober dengan volume di 12.172 unit dan nilai Rp 5,15 miliar. 

President dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra menjelaskan transaksi yang BEI catat merupakan transaksi yang terjadi di pasar sekunder. Sedangkan, mekanisme transaksi reksadana ETF juga bisa dilakukan di pasar primer melalui diler partisipan yang ditunjuk penerbit reksadana ETF. "Sepertinya, mayoritas transaksi reksadana ETF baik jual dan belinya terjadi di pasar primer," kata Guntur, Kamis (13/1). 

Baca Juga: Gelembung Aset Telah Pecah Bersamaan

Dana kelolaan atawa asset under management (AUM) ETF juga cenderung menurun 8,66% yoy menjadi Rp 14,77 triliun di sepanjang 2021. Guntur mengatakan salah satu faktor yang membuat AUM reksadana ETF menurun adalah volatilitas pasar saham yang masih cukup tinggi di 2021. 

Guntur mengamati mayoritas AUM ETF berasal dari investor institusi. Alhasil dengan volatilitas pasar yang cukup tinggi, banyak investor institusi yang mengurangi kepemilikan aset di reksadana berbasis saham baik ETF maupun konvensional. 

Baca Juga: Terkerek Penguatan IHSG, Reksadana Saham Jadi Jawara pada Pekan Lalu

Ke depan, Guntur optimistis prospek transaksi ETF dan juga potensi perkembangan AUM ETF akan tumbuh. Menurut guntur, reksadana ETF memiliki keunggulan dari reksadana konvensional dari sisi  transparansi, fleksibilitas, dan likuiditas. "Seiring dengan tren yang terjadi di global, pertumbuhan AUM ETF juga sudah berkembang sangat pesat," kata Guntur. 

Untuk meningkatkan AUM, Guntur akan terus melakukan edukasi kepada investor ritel agar ETF tidak didominasi investor institusi. "Kami yakin dengan memberikan edukasi kepada investor ritel dapat meningkatkan AUM ETF karena investor ritel memiliki potensi yang besar didukung dengan jumlah SID yang tumbuh signifikan selama pandemi," kata Guntur. Tentunya, juga dibutuhkan kerjasama  Self-Regulatory Organization (SRO) pasar modal Indonesia untuk mengembangkan ETF. 

Baca Juga: Dana Kelolaan Industri Reksadana Tumbuh 1,12% di 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×