Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Bursa saham Australia ditutup melemah pada Rabu (16/10), setelah mencapai rekor tertinggi pada sesi sebelumnya.
Pelemahan ini dipicu oleh turunnya harga bijih besi di tengah prospek permintaan global yang melambat, yang membebani indeks acuan.
Indeks S&P/ASX 200 turun 0,4% pada akhir perdagangan, setelah mencatat kenaikan 0,8% ke level tertinggi sepanjang masa pada Selasa.
Baca Juga: Bursa Asia Melemah Pada Rabu (16/10) Pagi, Mengekor Penurunan Wall Street
Saham perusahaan tambang utama turun 0,4% seiring harga bijih besi yang melemah karena kekhawatiran penurunan permintaan komoditas untuk pembuatan baja.
Saham raksasa bijih besi, Rio Tinto, turun 1,1% meskipun mencatatkan peningkatan pengiriman kuartal ketiga, sementara BHP Group juga mengalami penurunan sebesar 1,1%.
Sub-indeks sektor industri turun 1,1%, saham sektor kesehatan turun sekitar 1%, dan saham energi melemah 0,7%, menutup perdagangan pada level terendah sejak 27 September.
"Kami melihat sedikit aksi ambil untung hari ini pada beberapa saham," kata Brad Smoling, Managing Director di Smoling Stockbroking.
Namun, perusahaan energi utama, Woodside Energy, mencatat kenaikan sebesar 0,6% setelah meningkatkan proyeksi produksi tahunannya.
Baca Juga: Wall Street Anjlok, Terseret Penurunan Saham Chip dan Harga Minyak
Investor kini menantikan rilis data ketenagakerjaan Australia untuk bulan September, yang akan dirilis pada Kamis.
Data ini diharapkan akan berperan penting dalam menentukan kapan bank sentral akan memangkas suku bunga.
"Ada pembicaraan bahwa empat bank besar Australia akan mulai bergerak untuk menurunkan suku bunga guna menghadapi pasar properti yang melambat dan nilai properti yang menurun," tambah Smoling.
Di antara sektor yang mencatatkan kenaikan, saham emas melonjak 2,6% dan ditutup pada level tertinggi sejak 10 Agustus 2020, karena harga emas sedikit naik.
Baca Juga: IHSG Ditutup di 7.627 Pada Sesi I Rabu (16/10), SIDO, MTEL, GOTO Top Gainers LQ45
Saham Evolution Mining naik 6,8%, ditutup pada level tertinggi sejak Juni 2021, setelah melaporkan peningkatan produksi kuartal pertama.
Sementara itu, indeks acuan S&P/NZX 50 di Selandia Baru turun 1,6% menjadi 12.641,32 poin. Setelah inflasi tahunan negara itu kembali ke kisaran target bank sentral sebesar 1%-3% pada kuartal ketiga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News