Reporter: Ruisa Khoiriyah, Muhammad Khairul, Agustinus Beo Da Costa | Editor: Edy Can
JAKARTA. Rekor tertinggi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang sejarah, pecah dalam dua hari berturut-turut. Pada penutupan perdagangan pekan ini (5/10), IHSG melejit ke level 4.311,31. Atau naik 0,93% dari rekor tertinggi sebelumnya yang tercipta, Kamis lalu.
Melajunya indeks saham dipicu data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang melampaui ekspektasi pelaku pasar. Klaim tunjangan pengangguran AS pekan lalu, mencapai 367.000. Order pabrik (factory orders) Agustus lalu, juga naik menjadi 5,2%. Padahal, perkiraan semula adalah minus 5,9%.
Pernyataan Bank Sentral Eropa (ECB) turut menambah gempita pasar. ECB menegaskan kesiapannya membeli obligasi negara-negara zona euro yang bermasalah.
Felix Sindhunata, Kepala Riset Henan Putihrai Securities, memproyeksikan, usai memecahkan rekor baru, IHSG akan menjajal 4.350 sebagai target berikut dalam waktu dekat. "Itu level krusial untuk bisa ke 4.400," kata dia, kemarin.
Prediksi Felix, akhir tahun ini IHSG akan ditutup melejit di level 4.425. Meski tahun ini tersisa sekitar tiga bulan, dia optimistis, momentum reli masih terbuka. "Dana asing terus masuk," kata dia.
Kemarin, dana asing yang mengalir ke bursa mencapai Rp 641,3 miliar. Jika dihitung sepekan, nilai hot money mencapai Rp 965,14 miliar.
Irwan A. Napitupulu, Praktisi pasar modal, menganalisa, level resistance IHSG terdekat berkisar 4.400-4.500. "Akhir tahun ini, indeks berpeluang menembus 5.200," prediksinya, optimistis.
Dibayangi profit taking
Perkiraan itu naik dari prediksi awal Irwan di awal tahun, yakni di level 4.444. Menurutnya, indeks dalam setahun terakhir memasuki fase konsolidasi. Setelah reli panjang dari level 1.100 di tahun 2008, hingga tengah tahun 2011 di level 4.190.
Nah, setelah itu, indeks cenderung volatil. "Konsolidasi yang sudah lama kini selesai. Dari sisi chart, indeks berpeluang menjajal 5.200," jelasnya.
Reli IHSG berisiko terhenti sentimen buruk Eropa. Namun, selama indeks bertahan di atas level 4.150, Irwan optimistis, reli belum akan terhenti. "Jika akhir tahun belum 5.200, IHSG punya toleransi 1-2 bulan mencapai target selanjutnya," terangnya.
Felix menambahkan, kemungkinan indeks kehabisan bahan bakar tetap ada. Pemilihan umum di AS, berpotensi membawa gejolak pasar. Kondisi China yang belum stabil juga menghantui pasar. "Dari sisi historikal, sekitar 60%, IHSG berpotensi terkoreksi di Oktober," ujar dia.
Namun, menilik fundamental pasar domestik, IHSG relatif tangguh. Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities, memprediksi, tren bullish IHSG bakal cukup awet hingga akhir tahun. Perkiraannya, IHSG mampu ditutup di kisaran 4.450-4.500, akhir tahun ini.
Namun Reza mengingatkan agar pasar tetap mewaspadai profit taking, yang bisa menahan laju penguatan indeks. Sentimen negatif dari luar negeri juga perlu dicermati. Irwan menyarankan agar para investor tidak terburu ambil untung dalam jangka pendek, saat indeks tengah berlari. "Strategi yang tepat adalah hold,” kata dia.
Tapi, bagi investor yang ingin menjaring cuan dari trading, saham-saham lapis dua bisa jadi pilihan. Saran serupa dilontarkan oleh Felix. Saat indeks tengah bullish, disiplin trading tetap diperlukan meski dapat lebih fleksibel. "Investor bisa mulai mengakumulasi saham lapis dua," sarannya.
Bagi mereka yang gemar melakukan trading, saham second liner masih bisa memberikan untung yang legit. Rekomendasi Felix adalah AKRA, ROTI, ACES. "Fundamental bagus, return bagus," kata Felix.
Saham-saham tambang juga sudah waktunya diakumulasi karena harga saat ini sudah diskon alias murah. Irwan merekomendasikan saham bank BUMN, infrastruktur, dan konstruksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News