kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bursa China anjlok setelah terjadi kecelakaan kereta cepat yang mematikan


Senin, 25 Juli 2011 / 09:13 WIB
Bursa China anjlok setelah terjadi kecelakaan kereta cepat yang mematikan
ILUSTRASI. Rupiah diprediksi menguat


Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

SHANGHAI. Mayoritas saham di bursa China terjun bebas pagi ini. Aksi jual ini terjadi setelah saha-saham perusahaan kereta api anjlok menyusul kecelakaan kereta yang mematikan pada Sabtu malam lalu. Selain itu, adanya ketegangan politik di AS terkait batasan utangnya juga memicu kecemasan kalau negeri Paman Sam itu akan mengalami default.

Pada pukul 09.38 waktu Shanghai, indeks Shanghai Composite China anjlok 0,7% menjadi 2.752,13. Sepanjang pekan lalu, indeks acuan Negeri Panda ini sudah melorot 1,8%. Jika dihitung, sepanjang tahun ini, indeks Shanghai sudah mengalami penurunan 2% seiring langkah pemerintah untuk memangkas inflasi yang akan memukul pertumbuhan ekonomi. Sebagai perbandingan, indeks MSCI Emerging Market turun 0,2% di 2011.

Sejumlah saham yang mempengaruhi pergerakan bursa China diantaranya: CSR Corp dan China CNR Corp, produsen kereta terbesar China, memimpin penurunan setelah anjlok 6%. Aksi jual saham kereta ini terjadi setelah dua kereta api cepat di China bertabrakan dan menewaskan 35 orag. Sebaliknya, China Eastern Airlines Corp memimpin kenaikan setelah Barclays Plc bilang, kecelakaan kereta di China akan mendongkrak permintaan transportasi alternatif selain kereta.

"Kecelakaan kereta kemungkinan akan memangkas tingkat investasi pada pembangunan konstruksi kereta. Hal ini berdampak negatif pada saham-saham China pada minggu ini," jelas Tu Jun, strategist Shanghai Securities Co.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×