Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Gejolak di pasar saham menekan aksi penawaran saham perdana (initial publik offering). Sejumlah calon emiten yang ingin berlaga di Bursa saham Indonesia (BEI) terpaksa melego saham di harga batas bawah, bahkan memangkas jumlah saham yang hendak dilepas.
Teranyar datang dari perusahaan properti PT Binakarya Jaya Abadi. Perusahaan ini mematok harga IPO sebesar Rp 1.000 per lembar saham. Harga ini mendekati batas bawah dari target semula yakni Rp 900-Rp 1.300.
Tak hanya itu, Binakarya juga memangkas jumlah saham yang hendak dilepas dari rencana semula sebanyak 238,15 juta lembar atau 35% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh menjadi 150 juta lembar saham. Dengan demikian, perseroan hanya bisa meraup dana senilai Rp 150 miliar. Separuh lebih rendah dari target awal sebesar Rp 300 miliar.
Raymond Hartono, Direktur Keuangan Binakarya mengungkapkan pemangkasan target ini dilakukan kondisi terakhir pasar saham masih belum kondusif. “Daripada tidak efektif. kita lebih baik memangkas target. Kita yang penting IPO dulu, selanjutnya kita bisa lepas jika pasar sudah lebih baik,” katanya pada KONTAN, Rabu (1/6).
IPO Binakarya ini telah mendapat pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJ) pada 30 Juni. Masa penawaran umum akan dilakukan 2-8 Juli dan tanggal penjatahan pada 10 Juli. Adapun yang bertindak sebagai penjamin emisi untuk IPO ini adalah PT RHB OSK Securities Indonesia.
Sebagian besar dari dana tersebut atau sekitar 50% akan digunakan untuk pengembangan usaha melalui entitas anak lewat akuisisi proyek dan menambah lahan. Sebesar 30% akan digunakan anak usahanya BCB untuk melunasi seluruh utang ke BTN senilai Rp 62,67 miliar dengan bunga 13,5% yang akan jatuh tempo pada Januari 2016. Dan 20% sisanya akan digunakan entitas anak untuk modal kerja.
Hingga saat ini, Binakarya telah menjalankan 6 proyek apartemen, 3 residential dan 11 proyek komersial. Tahun ini, perseroan membidik pendapatan tahun 2015 tumbuh 35% menjadi Rp 1,3 triliun dari Rp 957 miliar pada tahun sebelumnya. Laba bersih ditargetkan naik 20%-25% dari tahun sebelumnya sebesar 170 miliar.
Adapun proyek yang tengah dikerjakan Binarya antara lain apartemen Pluit sea View 2.906 unit yang telah dimulai pada tahun 2012 dan ditargetkan rampung 2016, Apartemen Paradise Mansion seluas 22.358 m2 dengan 1.000 unit yang dimulai sejak tahun lalu dan ditargetkan selesai pada tahun 2017, Apartemen Casablanka East Residence 1.625 unit yang telah dimulai sejak tahun 2009 dan ditargetkan rampung tahun 2016.
Selain itu, ada proyek Apartemen Foresque seluas 11.116 m2 dengan total 588 unit yang akan mulai dibangun tahun ini dan ditargetkan selesai pada 2017, Palm green Residence sebanyak 1.708 unit telah dikembangkan sejka tahun 2013 dan ditargetkan kelar tahun 2017, serta Condotel Swiss Bell Bali sebanyak 324 kamar yang akan dibuka pada bulan ini.
Sepanjang kuartal I, Binakrya telah mengantongi marketing sales atau pra penjualan sekitar Rp 200 miliar. Adapun perolehan pendapatan sepanjang periode itu Rp 325 miliar atau seperempat dari target yang dipatok. Kontribusi terbesar bersumber dari proyek landed house dan apartemen atau sebesar 60%, 8% dari proyek recurring income dan sisanya dari proyek komersial.
Saat ini, Binakarya masih memiliki land bank seluas 37 hektare (ha). Lahan ini difokuskan akan dikembangkan menjadi hight rise building. Tahun ini, perseroan berencana mengakuisisi lahan seluas 300 ha. Sekitar 255 ha di Samarinda yang akan dikembangkan menjadi superblok, 5 ha di Balikpapan dan 40 ha di Bekasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News