Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham di Asia pada Kamis (21/4) ditutup bervariasi (mixed) dengan kecenderungan naik. Pergerakan ini terjadi di tengah tingginya tingkat inflasi global dan kekhawatiran seputar perang di Ukraina. Sentimen pasar juga tertekan oleh rasa takut akan perlambatan tajam ekonomi di China serta masih tingginya harga minyak mentah.
Investor menanti sinyal dukungan kebijakan dari Pemerintah China karena ekonomi negeri Panda tersebut masih terus bergulat dengan gelombang terparah penularan virus Covid-19 sejak 2020. Kebijakan ketat zero Covid telah menimbulkan keraguan mengenai prospek ekonomi China ke depan.
Bahkan, Managing Director Dana Moneter Internasional atau IMF Kristalina Georgieva mengatakan, kelesuan ekonomi yang berkepanjangan di China akan berdampak besar pada ekonomi global. Namun, Kristalina Georgiva menambahkan bahwa Beijing masih punya ruang gerak untuk melakukan penyesuaian kebijakan demi menopang kinerja ekonomi.
Baca Juga: Hajatan IPO Masih Ramai, Ada 35 Perusahaan Antre di Pipeline BEI
Berkaitan dengan perang antara Rusia dan Ukrania, Presiden China Xi Jinping mengatakan pemerintahannya mendukung pembicaraan untuk menyelesaikan sengketa internasional namun menentang penggunaan sanksi ekonomi.
Komentar Xi Jinping merupakan upaya terkini China untuk mendeskripsikan pendekatan China dalam memandang invasi Rusia ke Ukraina. China telah secara terbuka memberi dukungan pada Rusia dengan menolak menyebut konflik di Ukraina sebagai sebuah invasi militer, dan mengatakan bahwa Rusia terprovokasi oleh perluasan atau ekspansi wilayah NATO.
Dari sisi makroekonomi, investor mencerna rilis data Indeks Harga Produsen atau Producer Price Index (PPI) Korea Selatan yang tumbuh 8,8% year-on-year (yoy) di bulan Maret 2022. Angka ini lebih tinggi dari kenaikan 8,5% yoy di bulan Februari.
Baca Juga: Sudah Terkerek 0,68%, Simak Proyeksi IHSG pada Perdagangan Akhir Pekan
Investor juga memberi perhatian pada data ekspor Korea Selatan dalam 20 hari pertama bulan April yang tumbuh 16,9% yoy pada saat impor lompat 25,5% yoy sebagai akibat dari mahalnya harga bahan energi dan komoditas bahan mentah sehingga Neraca Perdagangan mengalami defisit US$ 5,2 miliar.
Berdasarkan tujuan, ekspor ke China, AS dan Uni Eropa masing-masing meningkat 1,8%, 29,1% dan 12,3%. Data untuk satu bulan penuh akan dirilis tanggal 1 Mei 2022.
Untuk diketahui, penguatan indeks Asia hari ini (21/4) dipimpin oleh Nikei 225 yang naik 1,23%, disusul Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik 0,68%. Indeks Strait Times menguat 0,39%. Sementara itu, Hang Seng dan Shanghai Composite melemah masing-masing 1,25% dan 2,26%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News