kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bursa Asia Bergerak Variatif Menjelang Rilis Data Inflasi AS


Selasa, 12 April 2022 / 17:47 WIB
Bursa Asia Bergerak Variatif Menjelang Rilis Data Inflasi AS
ILUSTRASI. Bursa Asia ditutup bervariasi pada perdagangan Selasa (12/4).


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Asia ditutup bervariasi pada perdagangan Selasa (12/4). Pelemahan terjadi pada Indeks Nikkei 225 Tokyo yang terkoreksi 1,81%. Bursa Singapura, yakni Strait Times Index juga tekoreksi 0,99%.

Shanghai Composite Index menguat 1,46%, dan indeks Hang Seng menguat 0,52%. Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,15% di menit akhir menjelang penutupan ke level 7.214,78.

Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan, pergerakan ini terjadi menjelang rilis data inflasi atau consumer price index (CPI) Amerika Serikat (AS) yang dapat mendorong bank sentral AS, yakni Federal Reserve, memperketat kebijakan moneter dengan lebih agresif.

Baca Juga: IHSG Menguat Tipis pada Selasa (12/4), Net Buy Asing Mencapai Rp 1,51 Triliun

Indeks harga konsumen di Negeri Paman Sam diprediksi akan naik 8,4% secara year-on-year (yoy) di bulan Maret 2022, lebih cepat dari kenaikan 7,9% yoy yang dicatatkan pada bulan Februari 2022.

Dengan imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS atau US Treasury Note menembus 2,80%, tertinggi sejak akhir 2018, sentimen pasar tertekan oleh kekhawatiran bahwa respon kebijakan yang terlalu agresif oleh Federal Reserve dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

Kenaikan yield surat utang Pemerintah AS memperkuat nilai tukar mata uang dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama lain di dunia. Ini terlihat dari dollar index yang kembali menembus level 100 dan menyentuh level tertingginya dalam hampir 2 tahun

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Pada Perdagangan Rabu (13/4)

Dari sisi makroekonomi, data indeks harga produsen atau producer price index (PPI) Jepang naik 9,5% yoy di Maret 2022. Angka ini lebih tinggi dari estimasi sebesar 9,3% dan menyusul kenaikan 9,7% yoy pada periode Februari 2022 yang juga merupakan level tertinggi dalam sejarah.

Ini adalah refleksi dari dampak perang di Ukraina dan pelemahan nilai tukar mata uang yen Jepang (JPY) terhadap dolar AS, sehingga mendongkrak harga berbagai komoditas bahan mentah. Selama ini, korporasi di Jepang terbilang lambat dalam membebankan kenaikan biaya produksi pada konsumen karena rendahnya pertumbuhan upah. Akibatnya, inflasi (CPI) Jepang terjaga di bawah target 2% yang dipasang bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ).

Namun inflasi inti (core CPI) diyakini akan melompat hingga sekitar 2% mulai bulan April 2022 dipicu oleh lonjakan harga bahan bakar minyak (BBM) dan pudarnya dampak dari penurunan tarif telepon.

Tekanan inflasi yang masih tinggi ini memperbesar probabilitas BOJ merevisi proyeksi inflasi pada kajian kuartalan (quarterly review) tanggal 28 April nanti. Saat ini, BOJ memprediksi laju inflasi inti mencapai 1,1% untuk tahun fiskal yang dimulai bulan April 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×