Sumber: Bloomberg | Editor: Sanny Cicilia
NEW YORK. Standard & Poor's 500 Index ditutup menguat tipis untuk hari kedua, perdagangan Kamis (11/9). Rebound harga minyak di tengah kenaikan konflik geopolitik, kondisi makroekonomi China, dan potensi kenaikan bunga mennjadi pertimbangan investor.
S&P 500 Index naik 0,1% dan ditutup di 1.997,45 pada pukul 4 sore waktu New York, setelah perdagangan intrahari sempat merosot 0,5%.
Sebanyak tujuh dari sepuluh grup industri di S&P 500 menguat. Saham-saham berbasis energi naik 0,1% setelah harga minyak WTI dan Brent rebound.
Indeks AS lainnya, Dow Jones Industrial Average kehilangan 19,71 poin atau 0,1% ke 17.049. Nasdaq Composite Index bertambang 0,1%. Sebanyak 5,5 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, sekitar 1,8% lebih rendah dari rata-rata harian dalam tiga bulan terakhir.
"Pasar bergerak di rentang yang sempit karena sudah menguat cukup besar tahun ini dan sekarang butuh sedikit waktu untuk mendinginkannya," kata Dan Miller, Direktur of Equities di GW&K Investment Management di Boston.
Dia bilang, konflik geopolitik selalu membuat pasar gugup. Karena berada di antara musim laporan keuangan, perhatian pasar juga fokus pada kondisi makroekonomi.
China merilis angka inflasi Agustus yang melaju terpelan dalam empat hari terakhir. Sedangkah factory gate price, yang menjadi indikator harga barang atau jasa riil, meneruskan penuruna yang sudah berlangsung selama 30 bulan. Ini menambah sinyal pelemahan permintaan domestik di Negeri Panda.
S&P 500 turun 0,5% sepanjang pekan ini lantaran investor fokus pada penentuan waktu kenaikan bunga acuan yang dilakukan Federal Reserve. The Fed akan menggelar pertemuan lagi dua hari pada 16-17 September mengenai langkah-langkah moneter selanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News