Reporter: Diade Riva Nugrahani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Ketika harga saham-saham di seluruh dunia berguguran, harga emas justru terus melambung tinggi. Kemarin (8/10), harga logam mulia ini menembus level US$ 907 per troy ounce. Ini merupakan level tertinggi sejak 15 Juli lalu sebesar US$ 977,50 per troy ounce. Sedangkan hingga pukul 15.30 WIB hari ini, harga emas berada pada posisi US$ 895,97 per troy ounce. Posisi ini lebih tinggi 20% dibandingkan level harga terendah sebesar US$ 746,47 per troy ounce pada 11 September lalu.
Para analis menilai, investor mulai mengalihkan dananya ke pasar komoditas akibat ketidakjelasan arah kondisi perekonomian global. Selain itu, pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) bakal mendorong para pedagang komoditas atau spekulan untuk menginvestasikan dananya di produk-produk komoditas sebagai investasi lindung nilai alias hedging.
"Emas dijadikan barang save heaven oleh para investor," kata Direktur Asia Kapitalindo Lie Ricky kepada KONTAN, hari ini. Sedangkan Kepala Riset BNI Securities Norico Gaman menganggap, pelemahan ekonomi AS bakal mempengaruhi permintaan komoditas terutama sektor tambang, energi, dan agribisnis. Hal senada diungkapkan analis Valbury Asia Futures, Nico Omer Jockenhere. Menurut dia, harga minyak dalam jangka pendek akan turun karena permintaan semakin berkurang.
Di sisi lain, harga emas masih bisa naik lantaran semakin dicari banyak orang sebagai barang investasi yang bisa melindungi portofolio investasinya dari kerugian. "Sebagai lindung nilai dan anti inflasi, emas akan banyak diburu orang," kata Norico. Dia memperkirakan, harga emas akan bergerak di kisaran US$ 950-1.000 per troy ounce.
Harga emas kemungkinan akan terus melambung hingga akhir tahun. Penyebabnya, saat itu ada banyak perayaan besar yang membuat emas semakin di buru. "Sudah sejak lama menjelang akhir tahun emas naik karena ada Hari Raya Natal, Tahun baru dan musim kawin di India," kata Lie Ricky.
Sedangkan Nico Omer mengatakan, permintaan emas pada kuartal keempat ini akan naik karena India sebagai negara konsumen emas terbesar di dunia membutuhkan banyak emas menjelang musim pernikahan. "Emas akan bergerak di kisaran US$ 850 hingga US$ 1.000 per troy ounce," katanya. Lie Ricky juga memperkirakan emas akan bergerak di rentang harga US$ 900 hingga US$ 1.000 per troy ounce. Namun, ini masih tergantung kondisi ekonomi global. "Jika membaik maka harga emas tidak naik terlalu banyak," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News