kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Bunga The Fed Naik, Mata Uang Komoditas Bisa Jadi Pilihan Menarik


Rabu, 30 Maret 2022 / 14:24 WIB
Bunga The Fed Naik, Mata Uang Komoditas Bisa Jadi Pilihan Menarik
ILUSTRASI. Mata uang yang paling defensif terhadap Fed Fund Rate (FFR) adalah mata uang komoditas.


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) telah menaikkan suku bunganya. Beberapa mata uang ikut tertekan kenaikan bunga The Fed.

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, mata uang yang paling defensif terhadap Fed Fund Rate (FFR) adalah mata uang komoditas. Seperti dolar Kanada (Loonie), dolar Australia (Ausie), dan dolar Selandia Baru (Kiwi).

"Ada beberapa faktor pendorong kenaikan mata uang tersebut seperti adanya krisis energi, yang juga diperparah dengan perang Rusia-Ukraina, telah mengangkat harga komoditas, sehingga ini berpengaruh bagi devisa mereka," ujar Alwi kepada Kontan.co.id Rabu (30/3).

Alwi mencontohkan kenaikan minyak, akan menguntungkan bagi Kanada, karena negara tersebut merupakan salah satu produsen minyak terbesar. Kenaikan harga minyak juga akan menyumbang PDB mereka.

Baca Juga: Kurs Rupiah Menguat 0,17% Terhadap Dolar AS pada Rabu (30/3) Pagi

Sementara Ausie akan diuntungkan kenaikan harga bijih besi. Begitu pula dengan Selandia Baru, yang produk unggulannya adalah hasil pertanian juga diuntungkan oleh kenaikan harga komoditas.

"Kedua adalah bank sentral mereka, terutama Bank of Canada (BoC) dan Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) akan menjadi bank sentral yang mengadopsi sikap hawkish," kata Alwi

Alwi mengatakan, kedua bank sentral ini sudah terlebih dahulu menaikkan suku bunga, sebelum The Fed. Suku bunga BoC, saat ini berada 0,5% dan diperkirakan suku bunga Kanada akan mencapai 1,25% tahun ini dan 1,75% di tahun 2022. Sementara suku bunga RBNZ saat ini sudah mencapai 1% dan masih membuka ruang kenaikan lagi.

Menurut Alwi, mata uang yen Jepang yang paling terimbas akibat krisis energi. Maklum, Jepang merupakan negara importir gas dan minyak sehingga ketika harga minyak naik akan semakin membebani anggaran Jepang.

Ditambah dengan sikap Bank of Japan (BoJ) yang masih tetap dovish. Meskipun bank-bank sentral lainnya sudah mulai meninggalkan kebijakan akomodatif tetapi BOJ masih mengadopsi sikap akomodatif, bahkan masih tetap melakukan program pembelian aset dalam skala besar.

Sementara, menurut Alwi, mata uang poundsterling biasa-biasa saja. Dalam beberapa pekan terakhir, poundsterling justru cenderung melemah bahkan kemarin sempat menyentuh level terendah hampir dua minggu.

"Memang awalnya poundsterling sempat menguat beberapa kali akibat Bank of England (BoE) menaikan suku bunga dimana tingkat suku bunga BoE saat ini sudah mencapai 0,75% ini yang sempat mengangkat poundsterling melonjak," ucap Alwi.

Alwi mengatakan, setelah rapat bulanan, BoE mulai bersikap hati-hati. Ini didukung dengan pernyataan Gubernur BoE pada hari Senin lalu yang mengatakan bahwa BoE melihat adanya perlambatan ekonomi akibat kenaikan inflasi dan kenaikan harga minyak. Ini yang kemudian dalam beberapa pekan terakhir membuat poundsterling mengalami pelemahan.

Alwi merekomendasikan untuk memilih mata uang komoditas untuk melakukan investasi karena masih menarik dan menjanjikan.

"Pertama krisis energi bisa meningkatkan mata uang mereka, karena dengan adanya krisis energi ini harga-harga komoditas semakin melambung dan akan berpengaruh pada mata uang mereka," ujar Alwi

Alwi menambahkan, meskipun kurs rupiah melemah tetapi secara pergerakan rupiah cenderung stabil, karena rupiah diuntungkan dengan kenaikan harga komoditas.

"Apalagi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) disumbang dari kenaikan harga batubara dan CPO yang turut mengalami kenaikan ketika harga energi global meningkat. Jadi pelemahan rupiah mampu dibatasi oleh kenaikan harga komoditas," ucap Alwi.

Baca Juga: Tensi Rusia-Ukraina Mereda, Kurs Rupiah Menguat Bersama Mata Uang Asia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×