Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - Langkah Bank Indonesia (BI) September lalu memangkas bunga acuan menjadi 4,25% diyakini akan menjadi stimulus bagi sektor properti dan konstruksi untuk menguat di tahun depan. Pasar berharap dengan suku bunga lebih rendah, tawaran kredit beli rumah menjadi lebih terjangkau.
Analis mengingatkan, penurunan suku bunga acuan BI tidak berarti bakal otomatis segera direspon oleh pihak pengembang.
"Pemangkasan suku bunga tidak serta-merta memberikan dampak dari sisi perbankan maupun ke pasar," jelas Analis indosurya Mandiri Sekuritas William Surya Wijaya kepada Kontan.co.id, Jumat (29/9).
Menurutnya, dibutuhkan jeda setidaknya dua hingga tiga bulan sebelum penyesuaian harga mengikuti skema suku bunga terkini.
Senada, Analis Phillip Sekuritas Indonesia Yehuda Anthony Harahap Sekuritas melihat, properti bakal butuh waktu sebelum mengambil langkah strategis lain.
Ia merefleksikan dari historis tahun-tahun sebelumnya bahwa suku bunga single digit baru saja terealisasi pada tahun lalu. Sebelumnya kredit pembelian rumah (KPR) berkisar di angka belasan persen. Menurutnya, pangkas suku bunga jelas menjadi sentimen positif, namun realisasi di lapangan masih menunggu momentum.
"Properti baru bakal recovery di tahun 2018, itu juga seharusnya banyak di Medan dan Makassar yang lebih cepat dibandingkan di Jawa," jelas Yehuda.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Medan dan Makassar yang cukup pesat dapat menarik perhatian para pengembang. Apalagi daya beli Medan dirasa masih kuat ketimbang area Jabodetabek yang cenderung wait and see.
"Tunggu akhir kuartal I tahun depan, apalagi ada sentimen tahun politik di 2018 dan 2019," jelas Toufan Yamin analis Erdikha Elit Sekuritas.
Sedangkan prospek pada tahun ini akan bertumpu pada agenda akhir tahun dimana perusahaan properti kerap memacu kinerja sales sebelum tutup buku.
"Akhir tahun tren properti memang lebih tinggi karena demand nya lebih besar," jelas Yehuda. Dia memprediksi, bakal ada agenda event promosi KPR dari berbagai properti.
Namun, Yehuda menyatakan tren baru akan mulai benar-benar menunjukkan pemulihan pada tahun depan, pada bulan Februari dan Maret.
Serupa William menyatakan untuk saat ini ia memberikan rekomendasi Hold pada hampir semua emiten properti. Pasalnya tahun 2017 tinggal sebentar dan baru memberikan rekomendasi buy saham pada tahun 2018.
"Prospek tahun depan masih menggairahkan, walau ada tantangan baru karena memasuki tahun politik," jelas William.
Menurutnya, 2018 akan banyak tren wait and see. Namun, sifat investasi properti yang jangka panjang bakal terus menjadi opsi populer bagi investor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News