kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45904,33   -2,31   -0.25%
  • EMAS1.396.000 0,07%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

BUMN Karya Bermasalah, Akankah Emiten Konstruksi Swasta Terimbas?


Selasa, 08 Agustus 2023 / 21:02 WIB
BUMN Karya Bermasalah, Akankah Emiten Konstruksi Swasta Terimbas?
ILUSTRASI. Puluhan pekerja beraktivitas pada proyek pembangunan gedung perkantoran di Jakarta. Beberapa emiten konstruksi swasta di semester I mencatatkan kinerja yang beragam.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten BUMN Karya saat ini masih menjadi sorotan usai gagal bayar terbaru PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dan penghentian Penyertaan Modal Negara (PMN) Tahun Anggaran 2022 oleh pemerintah.

Dengan sektor yang sama dengan WSKT, akankah emiten konstruksi swasta ikut sulit mengerek kinerja?

Beberapa emiten konstruksi swasta di semester I mencatatkan kinerja yang beragam. Misalnya, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) mencatatkan pendapatan sebesar Rp 831,29 miliar di semester I, naik 38,8% dari semester I 2022 yang sebesar Rp 508,7 miliar. ACST juga mencatatkan rugi periode berjalan Rp 56,04 miliar, menciut 52,21% dari rugi di semester I 2022 yang sebesar Rp 117,27 miliar.

PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) mencatatkan pendapatan Rp 1,2 triliun di semester I 2023, naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,1 triliun. TOTL juga mencatatkan laba bersih Rp 67,6 miliar, naik dari semester I 2022 yang sebesar Rp 44,2 miliar.

PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) mencatatkan pendapatan Rp 1,2 triliun, naik dari semester I 2022 Rp 1,1 triliun. NRCA pun mencatatkan laba bersih sebesar Rp 53,3 miliar, naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 43,8 miliar.

Baca Juga: Begini Prediksi Nasib Kinerja Emiten BUMN Karya di Semester II

Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta mengatakan, ACST mencatat kerugian di semester I karena ada arus kas negatif. Namun, hal itu bisa tidak terjadi ke NRCA. Hal tersebut berkaitan dengan risk management untuk mengendalikan arus kas dengan baik.

“Hal itu adidukung oleh upaya emiten untuk menggalakkan target perolehan kontrak yang turut berpartisipasi pada tender proyek, seperti yang dilakukan NRCA,” katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (8/8).

Di sisi lain, emiten juga harus menjaga debt to equity ratio. Sebab, kalau utang melebihi aset, hal tersebut akan menjadi perhatian investor. Apalagi, masalah di sektor infrastruktur biasanya berkaitan dengan negative cashflow.

“Kalau emiten berbasis swasta, mereka akan lebih mengandalkan pembayaran kontrak dulu untuk menjaga cashflow dan menjalankan pembangunan dengan lancar,” tutur dia.

Baca Juga: Permintaan Alat Berat Melemah pada Semester I 2023

Nafan menilai, di tengah kisruh kinerja BUMN Karya, kinerja emiten konstruksi swasta tentu akan terpengaruh. Namun, investor akan kembali melihat kinerja top line dan bottom line tiap-tiap emiten.

Selain itu , prospek emiten konstruksi pun harus dilihat dalam jangka panjang, setidaknya selama 5 tahun ke depan.

“Bentuk proyek besar yang bisa diambil oleh para emiten konstruksi swasta adalah pembangunan IKN, jalan tol, hingga infrastruktur pendukung lainnya,” ungkap dia.

Nafan merekomendasikan sell on strength untuk NRCA dengan target harga Rp 350 per saham. Rekomendasi untuk ACST dan TOTL adalah hold dengan target harga masing-masing Rp 147 per saham dan Rp 366 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×