kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,46   6,00   0.65%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bumi Resources (BUMI) Produksi Batubara hingga 36 juta ton pada Semester I


Rabu, 06 Juli 2022 / 16:13 WIB
Bumi Resources (BUMI) Produksi Batubara hingga 36 juta ton pada Semester I
ILUSTRASI. perusahaan tambang batubara Bumi Resources tbk


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fenomena La Nina dan curah hujan yang tinggi membayangi produksi batubara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) hingga periode tengah tahun. Emiten pertambangan batubara Grup Bakrie ini pun telah menimbang kembali target produksi sampai akhir tahun 2022.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava menyampaikan bahwa pihaknya belum merilis hasil kinerja operasional pada semester pertama 2022. Namun sebagai estimasi, volume penambangan dan penjualan batubara BUMI selama enam bulan mencapai sekitar 35 juta - 36 juta ton.

Dileep menyebut, La Nina dan curah hujan yang tinggi sejak Desember 2021 lalu masih menghambat proses produksi. BUMI pun menargetkan produksi batubara di angka 79 juta - 83 juta ton sepanjang tahun ini. 

Target itu sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2021 dengan volume sekitar 78 juta ton. Namun target BUMI saat ini di bawah ekspektasi sebelumnya yang mengejar produksi 81 juta - 86 juta ton sampai tutup tahun 2022.

Baca Juga: Anak Usaha MNC Energy Investment (IATA) Memulai Produksi Batubara

Dileep mengatakan, pihaknya mempertimbangkan faktor cuaca yang diperkirakan 50%-60% potensi hujan lebat bisa berlanjut pada semester kedua hingga tahun depan. Dia menegaskan, BUMI akan mengejar target sembari memenuhi kewajiban pasokan dalam negeri alias Domestic Market Obligation (DMO).

"Jika hujan La Nina mereda, kami berharap dapat mencapai panduan tahun 2022 seperti yang diuraikan. Kami berada di jalur dalam memenuhi DMO," kata Dileep kepada Kontan.co.id, Rabu (6/7).

Adapun produksi batubara BUMI akan ditopang oleh dua anak usahanya, yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia. KPC berkontribusi lebih tinggi dengan estimasi perbandingan 2:1.

Dari sisi penjualan, Dileep melihat permintaan batubara masih kuat di semester kedua. Efek perang Rusia-Ukraina masih menjadi faktor pendorong seiring sanksi pasokan bahan bakar fosil yang berasal dari Rusia.

Oleh sebab itu, pasar Uni Eropa bisa menjadi pertimbangan pada pada semester kedua ini. Meski, ada sejumlah tantangan yang perlu lebih dulu dihadapi.

Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) Lunasi Obligasi Jatuh Tempo Bulan Juli 2022

Pertama, faktor cuaca yang bisa menghambat operasional produksi. Kedua, spesifikasi batubara yang dihasilkan dan campurannya di pasar tertentu. Ketiga, prioritas untuk memenuhi DMO.

Tantangan keempat, terbatasnya dukungan pendanaan dari bank atau lembaga keuangan dan investasi. "Ini bisa merugikan untuk menyelesaikan krisis energi serta untuk mengelola keamanan energi dan transisi yang teratur," sebut Dileep.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×