Reporter: Didik Purwanto | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) masih ngotot bisa melakukan akuisisi terhadap anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yaitu Telkom Flexi. Namun hingga saat ini negoisasi antara 2 korporasi ini terkesan mandeg.
"Kami hanya ingin konsolidasi bisnis dan sampai saat ini belum ada diskusi lagi," kata Direktur Keuangan BTEL, Jastiro Abi kepada KONTAN, Senin (31/1).
Jastiro bilang konsolidasi yang diinginkannya ini lebih bersifat sama-sama menguntungkan di kedua belah pihak. Tapi Jastiro masih optimis pihaknya bisa menjadi pemilik mayoritas atas aksi korporasinya tersebut. "Sementara kami belum hitung alokasi dananya, kita lihat saja nanti," jelasnya.
Berdasarkan catatan KONTAN, TLKM memberikan 2 opsi terkait rencana perseroan bermitra dengan operator code division multiple access (CDMA) bermerek dagang Esia itu. Opsi pertama Telkom menjadi pemegang saham mayoritas, sedangkan yang kedua memperoleh dana dari kerja sama tersebut.
Keinginan manajemen Telkom mengawinkan Flexi dan Esia sudah terdengar sekitar tiga tahun lalu. Ide itu muncul setelah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkorriinfo) memindahkan frekuensi Flexi dari 1.900 megahertz (MHz) ke spektrum 800 MHz. Di frekuensi baru itu, ternyata Flexi hanya mendapat 5 MHz dari sebelumnya 10 MHz karena harus berbagi sama besar dengan pemain CDMA lainnya, seperti StarOne Indosat 5 MHz, dan Esia.
Ada dua opsi untuk mengatasi masalah ini. Pertama, bisa diatasi melalui merger dengan operator CDMA lainnya atau membangun sistem bertingkat pada spektrum yang ada. Opsi kedua dinilai sangat mahal, sehingga opsi pertama dipilih. Telkom pun mendekati Mobile-8 dan Sampoerna Telecom. Temyata belakangan Telkom juga mendekati Bakrie Telecom.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News