Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Setelah sempat ditunda sebelumnya, PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) kembali melanjutkan rencana untuk membiayai kembali (refinancing) obligasi senilai US$ 450 juta.
Berdasarkan pernyataan resmi di situs Asia Resource Minerals Plc (ARMS), induk usaha BRAU, akhir pekan lalu, manajemen sedang menyiapkan paket refinancing surat utang yang diterbitkan Berau Capital Resources (BCR).
Sayangnya, manajemen BRAU enggan berbicara lebih gamblang mengenai opsi baru rencana refinancing tersebut. "Masih kita siapkan refinancingnya," terang Amir Sambodo, Presiden Direktur BRAU kepada KONTAN, Minggu (28/9).
Rencana refinancing obligasi yang jatuh tempo pada 2015 itu sejatinya sudah dikemukakan BRAU sejak awal tahun. BRAU, bahkan, sudah sempat merilis prospektus untuk menerbitkan obligasi baru senilai US$ 450 juta.
Obligasi yang bertenor 5 (lima) tahun ini sejatinya akan dirilis pada 21 Agustus lalu. Namun, manajemen BRAU kemudian menuna penerbitan obligasi lantaran kondisi pasar dianggap kurang kondusif.
Dana hasil obligasi itu akan digunakan untuk refinancing surat utang senilai US$ 450 juta yang telah diterbitkan BCR. Obligasi lama BCR sebenarnya baru akan jatuh tempo pada 8 Juli 2015 mendatang.
Lantaran tingkat bunga obligasi BCR terbilang tinggi, yaitu 12,5% per tahun, BRAU memutuskan untuk melunasi lebih awal. Manajemen BRAU memang telah menginformasikan bahwa tingkat kupon obligasi baru yang diterbitkan BCR maksimal sebesar 12%, sedikit lebih rendah dibandingkan obligasi lama.
Awalnya, refinancing obligasi ini menjadi salah satu strategi efisiensi yang diambil BRAU. Tahun ini, BRAU memang mencanangkan program efisiensi besar-besaran baik dalam hal beban keuangan maupun produksi.
Strategi ini diambil guna meminimalkan dampak penurunan harga jual batubara. Untuk produksi, BRAU misalnya akan lebih menghemat penggunaan bahan bakar minyak dan meminta penurunan tarif kontraktor penambangan batubara.
Di sisi lain, BRAU tetap akan memacu produksi hingga sebanyak 24,2 juta ton, lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu yang 23,5 juta ton. Namun, kenaikan volume itu diprediksi bakal tergerus oleh penurunan harga jual rata-rata batubara BRAU.
Amir sebelumnya mengatakan, harga batubara rata-rata BRAU di tahun ini diprediksi hanya mencapai US$ 55 hingga US$ 56 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News