Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rumah Sakit (RS) dalam mengklaim asuransiBadan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan membutuhkan cukup waktu yang lama untuk pencairannya, sehingga harus membuat rumah sakit yang melayani BPJS menyediakan kas dana cadangan untuk tetap terus beroperasi, sehingga membuat kinerja saham sektor rumah sakit kurang ciamik.
Namun, menjelang akhir tahun 2018, BPJS Kesehatan akan kembali mendapatkan suntikan dana dari pemerintah sebesar Rp 5,6 triliun untuk membayar tunggakan rumah sakit. Jika tak ada aral melintang, suntikan ini akan cair di Desember 2018.
Vice President Research Artha Sekuritas, Frederik Rasali mengatakan, jika prospek BPJS untuk rumah sakit justru bagus, karena akan meningkatkan volume jumlah pasien yang berobat ke rumah sakit. Bahkan 2019 masyarakat Indonesia diwajibkan untuk memiliki BPJS, mengingat dalam pengurusan berkas-berkas tertentu harus menyertakan kartu BPJS sebagai syarat pengurusan berkas.
"Dengan adanya itu, semua orang akan memiliki BPJS, sehingga masyarakat ekonomi menengah ke bawah akan lebih mudah untuk datang berobat karena memiliki BPJS, sehingga tidak menunda-nunda pengobatan," kata Frederik, kepada Kontan beberapa hari yang lalu.
Hanya saja, Frederik bilang peningkatan volume pengunjung rumah sakit meningkat tidak lantas untung. Karena pembayaran BPJS atas klain rumah sakit membutuhkan waktu yang cukup lama. Sehingga, jika perusahaan rumah sakit tidak memiliki dana yang cukup kuat untuk mensupport layanan BPJS justru akan menjadi bumerang bagi emiten rumah sakit.
Mungkin saja jika tidak memiliki dana cash yang kuat untuk menopang BPJS yang putaran dananya lama, emiten akan memutuskan penyediaan layanan tersebut di rumah sakit milik mereka. Karena dengan tidak menggunakan BPJS maka rumah sakit akan mendapata pembayaran langsung dan bisa digunakan untuk pembayaran supplier obat dan alat, sehingga operasional tetap berjalan.
Bila ingin investasi saham rumah sakit, investor harus bersabar. Untuk investasi jangka panjang, maka inilah momen yang tepat mengingat valuasi rumah sakit belum terlalu tinggi dan beberapa saham telah mengalami penurunan harga. BPJS masih butuh rumah sakit, sehingga investor bisa berinvestasi jangka panjang sembari menunggu kebujakan baru atau arus dana lain untuk menunggu menopang BPJS.
Adapun saham yang direkomendasikan untuk jangka panjang adalah PT Siloam International Hospital Tbk (SILO) dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA). Emiten tersebut tidak mewajibkan pelayanan BPJS di rumah sakit milik mereka, sehingga bagus untuk investasi jangka panjang. "Sehingga arus kasnya terjaga. Jika diharuskan memilih berinvestasi saat ini, maka saham MIKA lebih menarik," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News