Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) bakal kedatangan investor strategis jumbo dalam hajatan penawaran umum saham alias initial public offering (IPO).
Anak usaha PT Pertamina (Persero) ini berencana untuk melepas sebanyak-banyaknya 10,35 miliar saham, yang mewakili, maksimal sebesar 25% dari modal ditempatkan dan disetor IPO.
Dus, Pertamina Geothermal Energy berpotensi meraup dana segar maksimal Rp 9,78 triliun. Dalam aksi korporasi ini, PGEO menggandeng Mandiri Sekuritas, CLSA Sekuritas Indonesia dan Credit Suisse Sekuritas Indonesia.
Baca Juga: Mengupas Bisnis, Fundamental dan Valuasi Harga Saham IPO Pertamina Geothermal (PGEO)
Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana menyebut IPO Pertamina Geothermal Energy ini telah diminati investor strategis dari luar negeri dengan jumlah yang sangat besar.
Investor kakap ini akan dibawa oleh Indonesia Investment Authority (INA). Oki bilang investor asing ini salah satunya akan berasal dari kawasan Timur Tengah.
"Iya, ada investor besar yang akan berpartisipasi. Investor luar, salah satunya (middle east) mereka yang bawa INA," jelas Oki di sela-sela acara Mandiri Investment Forum 2023, Rabu (2/1).
Oki menilai kehadiran investor strategis dari luar Indonesia ini merupakan bukti bahwa asing masih punya minat yang tinggi pada pasar saham di Indonesia.
"Ini karena kondisi Indonesia jauh lebih baik dibandingkan emerging market lainnya," tandasnya.
Mengacu prospektus perseroan, sekitar 85% dana hasil IPO akan digunakan untuk pengembangan usaha sampai dengan tahun 2025. Sekitar 33% akan digunakan untuk belanja modal alias capital expenditure (capex) pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional PGEO.
Baca Juga: Kembangkan Bisnis, Sejumlah Anak Usaha BUMN Didorong untuk IPO pada 2023
Lalu, sekitar 12% akan digunakan oleh PGEO untuk capital expenditure pengembangan kemampuan digital, analitik, dan manajemen reservoir untuk mendukung production, operation & maintenance excellence.
Sisanya, sekitar 15% atau sebanyak-banyaknya sampai dengan US$ 100 juta digunakan untuk pembayaran sebagian Facilities Agreement tertanggal 23 Juni 2021 antara Pertamina Geothermal dengan mandated lead arrangers, kreditur sindikasi awal dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebagai facility agent.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News