Reporter: Barly Haliem | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - DEPOK. Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Garibaldi Tohir berharap proses akuisisi salah satu set Rio Tinto di Australia tuntas akhir kuartal II-2018. Dia optimistis, akuisisi ini akan menyalakan bisnis batubara berkalori tinggi (kokas) yang digeluti Adaro.
Pekan lalu, kongsi Grup Adaro dan EMR Capital, perusahaan pengelola private equity asal Australia, telah meneken perjanjian untuk mengakuisisi 80% saham Kestrel, Australia milik Rio Tinto. Nilai total konsiderasi transaksi tersebut sebesar US$ 2,25 miliar.
Boy Thohir, panggilan akrab Garibaldi, belum bersedia menjelaskan porsi saham Kestrel yang akan dimiliki Adaro. Dia hanya menyatakan, transaksi ini diharapkan tuntas akhir kuartal I-2018. "Saya belum bisa membuka karena masih dalam proses. Tapi harapannya selesai tiga bulan lagi," kata dia kepada Kontan.co.id di Depok, Sabtu (31/3).
Dia menandaskan bahwa dana untuk membayar akuisisi Kestrel sudah tersedia. "Justru ketersediaan dana merupakan syarat yang ditetapkan Rio Tinto sejak awal, kata Boy.
Namun dia belum bersedia menjelaskan sumber pendanaan Adaro untuk melunasi transaksi. "Intinya ya perpaduan antara ekuitas dan pinjaman," kata dia.
Boy menyatakan, akuisisi Kestrel merupakan strategi Adaro mengimbangi perkembangan ekonomi Indonesia. Dia menyatakan, permintaan batubara kokas di Indonesia akan meningkat di masa mendatang seiring pertumbuhan industri.
Jika industri tumbuh, kata Boy, permintaan baja akan naik. Kalau permintaan baja naik, kebutuhan kokas juga akan meningkat. "Sebab kokas bahan bakar utama peleburan baja," kata Boy lagi.
Sebagai gambaran, Kestrel memproduksi batubara kokas keras sebesar 4,25 juta ton pada tahun 2017. Kestrel memiliki cadangan yang dapat dipasarkan sebesar 146 juta ton serta sumber daya sebesar 241 juta ton per 31 Desember 2017.
Tambang Kestrel terletak di Cekungan Bowen, Quensland, Australia. Cekungan Bowen merupakan salah satu wilayah utama batubara metalurgi di dunia.
Kehadiran Kestrel akan memperbesar portofolio Adaro di bisnis batubara kokas. Saat ini, Adaro menguasai 100% saham IndoMet Coal Project dari BHP Australia. Kini, nama IndoMet Coal berubah nama menjadi Adaro MetCoal Companies.
Ada tujuh usaha pertambangan dengan kontrak Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Generasi III di bawah Adaro MetCoal itu, yakni PT Lahai Coal, PT Ratah Coal, PT Juloi Coal, PT Pari Coal, PT Sumber Barito Coal, PT Kalteng Coal dan PT Maruwai Coal. Total sumber daya batubara dari ketujuh tambang itu sebesar 1,27 miliar ton.
Boy mengatakan, saat ini total produksi Adaro MetCoal sekitar 1 juta ton per tahun. "Nah, gabungan produksi akan bernilai strategis karena bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri," tandas dia.
Pada penutupan perdagangan saham pekan lalu (29/3), harga ADRO naik 90 poin atau 4,41% menjadi Rp 2.130 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News