Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Jelang pengumuman kebijakan suku bunga acuan pada pekan depan, Bank Sentral Jepang (BoJ) tengah mempertimbangkan rencananya untuk mengubah komposisi pembelian exchange-traded fund (ETF). Langkah ini sebagai bagian dari rencana Jepang melakukan program stimulus yang masif.
Program stimulus moneter yang diluncurkan BoJ ini sejalan dengan kebijakan moneter bank sentral yang ultra longgar secara berkelanjutan. Pasalnya, tingkat inflasi Jepang masih tetap jauh dari target 2% kendati pencetakan uang sudah gencar dilakukan selama lima tahun terakhir.
Menghadapi inflasi rendah ini, BoJ pun mengadakan sejumah diskusi terkait rencana pembelian aset sebelum meninjau kembali tingkat suku bunga acuan pada 30-31 Juli mendatang, sesuai jadwal.
Saat ini, BoJ membeli ETF dengan nilai ¥ 6 triliun atau sekitar US$ 54,08 miliar setiap tahunnya. Sebanyak ¥ 1,5 triliun dihabiskan untuk membeli ETF yang terkait dengan indeks Nikkei dan sekitar ¥ 4 triliun untuk membeli ETF yang terakit dengan indeks Topix.
Sementara tetap mempertahankan jumlah pembelian ETF, BoJ berencana mengubah komposisi dengan meningkatkan jumlah pembelian untuk ETF yang terkait Topix dan mengurangi pembelian ETF Nikkei, seperti yang dilansir Reuters dari laporan Nikkei, Kamis (26/7).
Dengan membeli ETF yang terhubung dengan Topix, BoJ dapat membeli saham dengan pilihan yang lebih luas dibandingkan dengan ETF yang terkait dengan Nikkei. Sebab, indeks Topix terdiri dari lebih banyak jenis saham perusahaan.
Kekhawatiran tampaknya muncul seiring dengan rencana pembelian ETF oleh BoJ ini lantaran membuat saham bebas yang diperdagangkan (floating shares) berkurang. Selain itu, bank kini juga telah kembali menjadi pemegang saham terbesar di sejumlah perusahaan besar di Jepang.
Adapun, indeks harga konsumer (CPI) Jepang yang menjadi ukuran inflasi hanya tumbuh 0,8% yoy sepanjang Juni lalu. Angka ini jauh dari target bank sentral sebesar 2% untuk mengerek suku bunga acuan.
Dalam pertemuan pekan depan, BoJ diperkirakan bakal memangkas target inflasi. Hal ini juga menyiratkan bahwa Jepang masih akan sulit mencapai target inflasinya setidaknya untuk tiga tahun ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News