Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat terhadap reksadana berbasis Environmental, Sustainable, dan Governance (ESG) terus tumbuh tiap tahunnya. Tren pertumbuhan tak hanya terjadi di skala global, kini investor Indonesia juga semakin menaruh minat terhadap reksadana ini.
Secara sederhana, investasi berbasis ESG adalah investasi yang memperhatikan dampak sosial dan lingkungan yang positif, di samping pengembalian (return) finansial. Implementasinya, investasi ini hanya dilakukan ke perusahaan-perusahaan yang lolos penilaian kriteria 3 aspek, yaitu ESG.
Di Indonesia sendiri, salah satu indeks yang dijadikan untuk reksadana berbasis ESG adalah indeks SRI-KEHATI. Indeks ini mempunyai konstituen 25 emiten yang dianggap memenuhi penilaian oleh Yayasan KEHATI yakni social responsibility investing.
BNP Paribas Asset Management merupakan salah satu Manajer Investasi (MI) yang mengawali peluncuran produk reksadana berbasis ESG di Indonesia. BNP Paribas sendiri tercatat telah mempunyai tig reksadana dengan tema ESG termasuk reksadana onshore maupun offshore.
Presiden Direktur BNP Paribas Priyo Santoso menuturkan, awal mula meluncurkan reksadana berbasis ESG memang ditujukan untuk menyasar pasar global. Hal ini tidak terlepas dari pada 2016 data-data di Indonesia belum mencukupi untuk BNP Paribas melakukan filtering ESG secara mandiri.
Baca Juga: Semakin diminati, industri reksadana berbasis ESG terus tumbuh
“Pada prinsipnya, kami di BNP Paribas melakukan pemilihan untuk perusahaan dengan scoring ESG yang ketat karena mencerminkan manajemen risiko yang lebih baik. Perusahaan seperti ini pada umumnya memiliki fundamental dan ketahanan terhadap kompetisi yang kuat, sehingga memiliki prospek yang baik ke depannya,” kata Priyo kepada Kontan.co.id, Rabu (3/3).
Priyo bilang, pemilihan dari proses skoring ini dilakukan sendiri oleh BNP Paribas dengan dukungan dari tim BNP Paribas global. Oleh karena itu, saham-saham di dalam reksadana berbasis ESG seperti BNP Paribas Cakra Syariah USD dan BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD (BNP Paribas GCES) adalah saham-saham pilihan dengan ESG score yang tinggi, sesuai dengan kriteria dan standar BNP Paribas AM.
Khusus soal BNP Paribas GCES, Priyo optimistis pasar China masih menyimpan peluang yang cukup besar bagi investor di Indonesia yang ingin melakukan diversifikasi investasi pasar modal yang masih under explored. CHina merupakan pusat perekonomian terbesar ke-2 berdasarkan PDB, dan pasar saham terbesar kedua di dunia, nilai kapitalisasi pasarnya saja sekitar US$ 12 triliun pada tahun 2020.
Apalagi, di tahun 2045 China berpotensi jadi ekonomi dunia nomor 1 sehingga pertumbuhan pasar China masih cukup besar. Sektor teknologi, peningkatan konsumsi, dan konsolidasi industri akan menjadi sektor penggerak pertumbuhan ekonomi sekaligus terus mendorong saham-saham emiten CHina untuk menjadi semakin dikenal dan diminati di dunia.
“BNP Paribas GCES ini merupakan paket 2-in-1 kalau boleh dibilang. Memberikan akses bagi investor Indonesia bagi potensi pertumbuhan pasar Cina, melalui investasi yang berprinsip, baik dari sisi kesesuaian dengan prinsip syariah maupun prinsip ESG,” imbuh Priyo.
Terkait kinerja BNP Paribas GCES, Priyo mengatakan pihaknya tidak memberi proyeksi return karena memang akan sangat bergantung pada kondisi dan pergerakan pasar. Namun, untuk pertumbuhan AUM, BNP Paribas menargetkan BNP Paribas GCES tumbuh sekitar 15%-20% dari AUM akhir tahun 2020.
Adapun secara umum, dana kelolaan untuk produk investasi berbasis ESG di BNP Paribas telah mengalami kenaikan dari EUR 62 miliar per Desember 2019 menjadi EUR 92 miliar per Desember 2020 di seluruh dunia.
Sementara untuk dana kelolaan reksadana berbasis ESG di Indonesia telah mencapai sekitar Rp 4 triliun per Desember 2020. Jumlah tersebut naik empat kali lipat dari Rp 927 miliar pada Desember 2019.
Priyo menambahkan, BNP Paribas menargetkan pada akhir tahun nanti bisa membukukan kenaikan pertumbuhan total dana kelolaan hingga 10%. Adapun, per Desember 2020, dana kelolaan BNP Paribas tercatat sebesar Rp 25,78 triliun.
“Untuk mencapai target tersebut, kami akan terus memberikan inovasi produk yang menarik yang dapat membantu investor menghadapi berbagai kondisi pasar. Kami mengedepankan 3 hal sebagai proposisi kami yaitu Innovation, Expertise, dan Socially Responsible. Kami melihat ada beberapa peluang investasi, sekarang kami sedang menyiapkan beberapa solusi untuk memanfaatkan peluang tersebut,” tutup Priyo.
Selanjutnya: Kinerja Reksadana Panin Dana Prima tumbuh 6,39% di Februari, dipicu sektor keuangan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News