kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Semakin diminati, industri reksadana berbasis ESG terus tumbuh


Kamis, 04 Maret 2021 / 17:12 WIB
Semakin diminati, industri reksadana berbasis ESG terus tumbuh
ILUSTRASI. BNP Paribas Asset Management


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kesadaran akan pentingnya investasi yang berkelanjutan baik dari sisi dampak sosial, pengelolaan yang baik, hingga lingkungan semakin tinggi. Investasi yang berbasis Environment, Sosial, dan Governance (ESG) pun semakin diminati para investor.

Hal ini bisa terlihat dari perkembangan reksadana berbasis ESG di Indonesia. Pada tahun lalu, dana kelolaan reksadana berbasis ESG mencapai Rp 3 triliun atau naik tajam dibanding 2019 yang hanya Rp 1,77 triliun. Begitupun dari sisi jumlah produk yang tersedia, naik dari 10 produk pada 2019 menjadi 14 produk pada 2020.

Presiden Direktur BNP Paribas Asset Management Priyo Santoso mengatakan, investasi berbasis ESG menjadi sangat diminati dan populer karena adanya peningkatan awareness dari kalangan investor. Kriteria seperti perusahaan yang tidak merugikan lingkungan sekitarnya, bisa menyeimbangkan hak dan kewajiban karyawan, hingga tata kelola yang baik dan transparan jadi pertimbangan banyak investor dewasa ini.

“Reksadana ESG tentu sudah memenuhi kriteria tersebut. Apalagi, secara historis, investasi berbasis ESG terbukti memberikan risk-adjusted return dan keberlangsungan investasi yang lebih baik secara jangka panjang,” kata Priyo kepada Kontan.co.id, Rabu (3/3).

Baca Juga: BNP Paribas proyeksi pasar saham China di tahun Kerbau Logam akan prospektif

BNP Paribas sebagai pelopor manajer investasi (MI) yang mengusung reksadana ESG ingat betul sulitnya proses edukasi produk tersebut. Pada 2016 silam, lewat produk BNP Paribas Cakra Syariah USD, respons investor saat itu cenderung abai terhadap manfaat dan pentingnya filter ESG dalam berinvestasi.

Namun, berkat proses edukasi yang terus-menerus, reksadana ESG perlahan mulai mendapat sambutan baik. Priyo juga menilai krisis akibat pandemi Covid-19 menjadi semacam wake up call bagi perusahaan di negara maju untuk lebih memikirkan apa dampak sosial setiap bisnis yang mereka lakukan, dan bagaimana menjaga keberlanjutannya.

Ke depan, Priyo melihat minat terhadap produk berbasis ESG akan semakin tinggi. Ia berkaca dari hasil survei global yang dilakukan BNP Paribas Global selama pandemi kemarin. Mulai dari semakin meningkatnya pertimbangan aspek sosial sebanyak 20% sejak Covid-19 terjadi. 

Lalu, sebanyak 79% responden setuju dengan mempertimbangkan aspek sosial, akan memberikan dampak positif juga bagi investasi jangka panjang dan manajemen risiko mereka.

“Yang menarik juga, pertumbuhan sustainable investment ini yang menggerakkan adalah kelompok milenial. Berdasarkan data dari Morgan Stanley Institute tahun 2019, 95% milenial ini tertarik pada sustainable investment,” imbuh Priyo.

Apalagi BEI pada akhir tahun lalu telah meluncurkan indeks ESG Leaders. Priyo meyakini ini akan jadi kunci penting yang bisa jadi terobosan baru bagi dunia investasi berbasis ESG di Indonesia. Menurutnya, hal tersebut akan meningkatkan minat para investor terutama investor asing terhadap saham-saham di Indonesia.

Pasalnya, saat itu BNP Paribas bersama dengan Greenwich Associates pada Juli 2020 melakukan survei dan menemukan bahwa 42% responden menyampaikan hambatan investasi ESG karena kurangnya penerapan metric standar ESG. Oleh karena itu, hadirnya ESG Leaders akan menjawab kebutuhan tersebut.

“BNP Paribas memiliki komitmen kuat terhadap sustainable investment tentunya akan terus mengedukasi pentingnya mempertimbangkan prinsip ESG dalam portofolio investasi untuk para investor. Kami bertujuan agar investor bisa mendapatkan sustainable long-term investment return atau imbal hasil investasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang,” pungkas Priyo.

Selanjutnya: Berpotensi tumbuh double digit, penurunan harga ETF jadi peluang masuk

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×