Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) berhasil menorehkan kinerja positif sepanjang semester I-2021. Hal ini sejalan dengan strategi perusahaan dalam memperkuat fundamental bisnisnya melalui BNI Corporate Transformation.
Alhasil, laba operasional sebelum provisi BNI terus meningkat dalam lima kuartal terakhir dan mencapai puncaknya pada paruh pertama tahun ini setelah tumbuh 24% secara tahunan atawa year on year (yoy) menjadi Rp 16,1 triliun.
Royke Tumilaar, Direktur Utama BNI mengatakan, laba operasional sebelum provisi tersebut ditopang oleh pendapatan bunga bersih sebesar 18,2% yoy atau mencapai Rp 19,3 triliun seiring peningkatan kredit 4,5% pada periode tersebut.
Selain itu, juga laba operasional dari perbankan pelat merah ini juga didorong oleh kenaikan pendapatan non bunga 19,2% yoy menjadi Rp 6,8 triliun, sejalan dengan kenaikan fee based income dari pengelolaan rekening dan kartu debit, ATM dan layanan elektronik, trade finance dan marketable securities.
Alhasil laba bersih BNI pun melonjak 12,8% secara yoy menjadi Rp 5,02 triliun pada semester I–2021, walaupun pencadangan terus diperkuat menjadi 215,3% sebagai antisipasi dalam menghadapi potensi risiko kredit ke depan.
Baca Juga: BNI catatkan pertumbuhan kredit 4,5% di semester I-2021
Dengan capaian laba bersih di paruh pertama tersebut, BNI optimis target laba sekitar Rp 9 triliun-Rp 9,5 triliun di akhir tahun ini bisa tercapai.
"Laba kami saat ini tetap on the track. Kami akan menjaga dana murah di kisaran 65%-68% tahun ini, NPL juga akan dijaga di bawah 4% dengan coverage rasio yang cukup," kata Royke dalam paparan kinerja BNI semester I secara virtual, Senin (16/8).
BNI telah berhasil meningkatkan dana murah (CASA) menjadi 69,6% dari 65,2% pada semester I 2020. Hal ini berdampak pada penurunan biaya dana atau cost of fund perseroan secara signifikan dari 2,9% menjadi 1,7%. Sementara total Dana Pihak Ketiga (DPK) perseroan hanya tumbuh 4,5%.
Adi Sulistyowati Wakil Direktur Utama BNI mengatakan, posisi CASA BNI ini merupakan yang terkuat dalam 10 tahun terakhir.
"Pertumbuhan dana murah menjadi penyangga aset BNI yang berhasil tumbuh 5% pada semester I. Pertumbuhan ini merupakan buah dari transformasi digital yang dilakukan BNI dimana 70% dari CASA yang dihimpun merupakan kontribusi dari kinerja BNI Direct dan BNI Mobile Banking, 2 dari 3 produk champion BNI dalam digitalisasi layanan perbankan," jelasnya.
Transformasi digital yang dilakukan oleh Perseroan memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh sebagian besar bank yang kini tengah berusaha memasuki dunia perbankan digital. BNI mengkombinasikan dua dunia pada layanan perbankan yang saat ini ada, yaitu Konvensional Bank dan industri Financial Technology.
Sebagai bank konvensional, BNI kini memiliki akses ke public funding, memiliki nasabah loyal, telah mengembangkan produk dan jasa keuangan, setiap simpanan dijamin sesuai dengan aturan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan memiliki ruang untuk terus menurunkan cost of fund, dimana pada kuartal II-2021 menjadi 1,6%.
Di sisi lain, BNI juga melakukan kolaborasi dengan fintech yang tangkas dalam beradaptasi terhadap perubahan baru, menguasai ekosistem berbasis online, mampu beroperasi dengan biaya yang efisien dan dapat di automatisasi, serta sangat akrab dengan layanan yang diharapkan oleh kaum milenial.
Perpaduan tersebut menjadikan BNI sebagai pemimpin dalam layanan ekosistem perbankan terbuka atau API, dimana hingga Juni 2021 sudah membuahkan 283 jenis layanan, atau terbanyak dibandingkan bank – bank lain, dan digunakan oleh 3.000 klien, termasuk Perusahaan Fintech maupun E-commerce.
Kemudian, BNI juga mengembangkan layanan cash management melalui BNI Direct serta Financial Supply Chain Management yang sama – sama dapat digunakan untuk melayani nasabah Perusahaan, Bisnis, Fintech dan e-commerce.
Baca Juga: Laba bersih Bank BNI (BBNI) melesat 12,8% di semester I-2021
Layanan digital unggulan ini banyak disukai karena memberikan manfaat pengelolaan keuangan yang lengkap, mulai dari payment management; collection management; liquidity management; hingga penyajian informasi rekening, dan pelaporan.
Ragam manfaat ini mendorong pertumbuhan jumlah pengguna sebesar 16,4% yoy atau sebanyak 68.229 perusahaan pada Juni 2021, nilai transaksi yang meningkat 10,8% yoy atau senilai Rp 2.030 triliun, dan jumlah transaksi yang juga tumbuh 175,6% yoy menjadi sebanyak 214 juta transaksi.
Produk digital ketiga adalah BNI Mobile Banking yang tumbuh sangat pesat menjadi layanan pilihan utama nasabah ritel. Indikasinya terlihat pada jumlah pengguna yang meningkat 56,8% yoy atau sebanyak 9,29 juta menyusul pandemi yang mendorong orang untuk membatasi aktivitasnya di luar rumah, work from home, serta bertransaksi secara online.
Frekuensi transaksi mobile banking ini naik 54,2% YoY menjadi 204 juta transaksi dengan nilai mencapai Rp 287 triliun atau meningkat 31,8% YoY.
Sejalan penurunan biaya dana, margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) BNI meningkat dari 4,5% pada semester I-2020 menjadi 4,9% pada paruh pertama 2021. Sampai akhir tahun, BNI akan menjaga target NIM 4,7%-4,9%.
Selanjutnya: KPR perbankan melesat didorong insentif pemerintah dan regulator di sektor properti
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News