kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   97,00   0,63%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

Bisnis SMGR tahun ini tak sekokoh tahun lalu


Kamis, 16 Januari 2014 / 07:00 WIB
Bisnis SMGR tahun ini tak sekokoh tahun lalu
ILUSTRASI. Promo Ta Wan bebas pilih 1 menu utama & 1 menu sayuran dengan ukuran jumbo (dok/Ta Wan Restaurant)


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Prospek industri semen di tahun ini sepertinya tak sekokoh tahun lalu. Kenaikan harga bahan baku dan biaya operasional membuat perusahaan semen seperti PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) harus menaikkan harga jual semen 2%-3% di tahun ini.

Kepala Riset Samuel Sekuritas, Adrianus Bias mengatakan, kenaikan harga semen sebenarnya cukup masuk akal. Sebab, harga beban bahan baku semakin meningkat seiring pelemahan rupiah. Namun, jika dilihat secara historis, persentase kenaikan harga semen SMGR tahun ini cukup kecil. "Tahun sebelumnya, kenaikan harga mencapai 6%. Di saat tertentu bisa sampai naik 15%," ujar dia.

SMGR tidak dapat mengerek harga terlalu tinggi lantaran persaingan yang ketat dari industri semen. Pesaing SMGR seperti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) mulai mengoperasikan pabrik semen baru. Banyaknya suplai dibarengi permintaan yang minim membuat SMGR tak bisa leluasa menaikkan harga semen terlalu tinggi meski beban membengkak.

Dengan kenaikan harga jual semen, SMGR menargetkan pertumbuhan pendapatan 12% sampai 13% di tahun ini. Volume penjualan semen ditargetkan tumbuh 10,9% di 2014. Angka pertumbuhan ini lebih tinggi ketimbang kenaikan permintaan semen nasional yang diprediksi tumbuh 6%.

Maka itu, menurut Adrianus, kenaikan harga semen SMGR belum cukup menopang pertumbuhan margin laba. Dia menduga, volume penjualan SMGR hanya tumbuh 7%-8% di tahun ini. Alhasil, laba bersih SMGR pun hanya akan naik 3,6% di 2014 menjadi Rp 5,25 triliun.

Helmi Therik, analis AM Capital mengatakan, kinerja SMGR tertekan pelemahan rupiah yang akan membuat beban SMGR melonjak. Tak hanya itu, biaya energi SMGR juga ikut naik. SMGR juga tertekan permintaan semen di sektor properti yang turun.

Dampak depresiasi rupiah sudah tercermin dari meningkatnya biaya investasi pabrik baru SMGR di Padang dan Rembang dari Rp 7 triliun menjadi Rp 7,6 triliun. Namun, kata Helim, kenaikan belanja modal untuk investasi di pabrik baru tersebut tidak akan mempengaruhi kinerja SMGR.

Helmi yakin, SMGR akan bisa menjaga pangsa pasar semen sebesar 44%. Namun, ia memprediksikan, margin gross profit SMGR di 2014 ini menurun menjadi 44%, dibandingkan tahun lalu sebesar 46%. Margin laba bersih juga akan turun menjadi 18% dari 20% di 2013. "Tahun ini bukan tahun bagus untuk industri semen," kata dia.

Sepanjang 2013, volume penjualan SMGR mencapai 25,77 juta ton, tumbuh 14,3% year-on-year. Teguh Hartanto, Analis Bahana Securities dalam risetnya 10 Januari 2014 menyebutkan, pertumbuhan permintaan semen domestik tahun ini akan melambat menjadi 5,2% dari 5,7% di 2013. Ini karena, penundaan proyek konstruksi akibat kenaikan BI rate.

Karena itu, Teguh merekomendasikan reduce saham SMGR dengan target harga Rp 13.600. Sementara, Adrianus merekomendasikan hold saham SMGR dengan target harga Rp 15.500 per saham.

Namun, Helmi masih menyarankan buy saham SMGR dengan target harga Rp 19.500 per saham. Harga SMGR, Rabu (15/1), naik 0,97% ke Rp 15.675 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×