Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak perusahaan mencari alternatif perusahaan lewat pasar modal termasuk perusahaan properti. Tahun ini saja, sudah ada sekitar tiga perusahaan properti yang mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni PT Jaya Sukses Makmur Tbk (RISE), PT Pollux Properti Indonesia Tbk (POLL), dan PT Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM)
Ketiga perusahaan ini kompak mencatatkan kenaikan harga saham di pencatatan perdananya. Bahkan hingga saat ini, harga saham ketiga emiten itu masih menanjak sejak masa pencatatannya. Saham DFAM misalnya, menguat hingga 865% sejak listing. Lalu, harga saham RISE naik sebesar 32,63% dan harga saham POLL menguat 39,37% sejak listing di bursa.
Saat ini, masih ada perusahaan properti yang berencana melantai di bursa. Misalnya PT Trimitra Propertindo yang menetapkan harga penawaran sebesar Rp 390 per saham dan akan melepas 773,3 juta saham.
Selama year to date, saham-saham di sektor properti sudah mencatatkan penurunan yang cukup signifikan. Dari data yang ada di BEI, saham-saham yang berada di sektor properti, real estate, dan konstruksi menurun sebesar 7,84% sejak awal tahun.
Menurut Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee, saham properti memang masih agak sulit dilirik. Apalagi dengan kenaikan suku bunga dan juga perlambatan pertumbuhan di sektor properti sehingga valuasi sahamnya pun mencatatkan penurunan.
"Jika berminat membeli, harus ditahan waktunya agak panjang, harus paling tidak selama tiga tahun," kata Hans kepada KONTAN, Minggu (12/8).
Pelonggaran loan to value (LTV) kredit properti tak lantas membuat saham-saham di sektor properti kemudian menjanjikan. Apalagi dengan harga jual properti yang kini cukup mahal dan tak diimbangi dengan daya beli masyarakat. Menurut Hans, properti menengah ke bawah dan proyek Transite Oriented Development (TOD) sekarang lebih diminati.
Hans melihat, di tahun 2016 dan 2017 menjadi tahun yang buruk bagi properti dan tahun 2018 properti memperlihatkan pertumbuhan namun cukup lambat. Menurut Hans, saham sektor ini sebaiknya ditahan dulu sampai jangka panjang sampai kondisi properti benar-benar pulih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News