kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bisnis properti masih melambat, analis sarankan hold saham emiten properti


Minggu, 12 Agustus 2018 / 19:11 WIB
Bisnis properti masih melambat, analis sarankan hold saham emiten properti
ILUSTRASI. Pencatan Saham Perdana Pollux Properti Indonesia di BEI


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak perusahaan mencari alternatif perusahaan lewat pasar modal termasuk perusahaan properti. Tahun ini saja, sudah ada sekitar tiga perusahaan properti yang mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni PT Jaya Sukses Makmur Tbk (RISE), PT Pollux Properti Indonesia Tbk (POLL), dan PT Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM)

Ketiga perusahaan ini kompak mencatatkan kenaikan harga saham di pencatatan perdananya. Bahkan hingga saat ini, harga saham ketiga emiten itu masih menanjak sejak masa pencatatannya. Saham DFAM misalnya, menguat hingga 865% sejak listing. Lalu, harga saham RISE naik sebesar 32,63% dan harga saham POLL menguat  39,37% sejak listing di bursa.

Saat ini, masih ada perusahaan properti yang  berencana  melantai di bursa. Misalnya PT Trimitra Propertindo yang menetapkan harga penawaran sebesar Rp 390 per saham dan akan melepas 773,3 juta saham.

Selama year to date, saham-saham di sektor properti sudah mencatatkan penurunan yang cukup signifikan. Dari data yang ada di BEI, saham-saham yang berada di sektor properti, real estate, dan konstruksi menurun sebesar 7,84% sejak awal tahun.

Menurut Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee, saham properti memang masih agak sulit dilirik. Apalagi dengan kenaikan suku bunga  dan juga perlambatan pertumbuhan di sektor properti sehingga valuasi sahamnya pun mencatatkan penurunan.

"Jika berminat membeli, harus ditahan waktunya agak panjang, harus paling tidak selama tiga  tahun," kata Hans kepada KONTAN, Minggu (12/8).

Pelonggaran loan to value (LTV) kredit properti  tak lantas membuat saham-saham di sektor properti kemudian menjanjikan. Apalagi dengan harga jual properti yang kini cukup mahal dan tak diimbangi dengan daya beli masyarakat. Menurut Hans, properti menengah ke bawah dan proyek Transite Oriented Development (TOD) sekarang lebih diminati.

Hans melihat, di tahun 2016 dan 2017 menjadi tahun yang buruk bagi properti dan tahun 2018 properti memperlihatkan pertumbuhan namun cukup lambat. Menurut Hans, saham sektor ini sebaiknya ditahan dulu sampai jangka panjang sampai kondisi properti benar-benar pulih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×