Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten kawasan industri di semester I-2018 kurang memuaskan karena rendahnya angka penjualan lahan. Analis menilai, penjualan lahan industri memang sedang kurang bagus.
William Hartanto, analis Panin Sekuritas menilai, sektor ini memang sedang lesu dan minim sentimen "Hambatannya dari harga lahan dan keterbatasannya di beberapa daerah. Hasilnya terlihat pada kinerja keuangan yang tidak terlalu bagus" kata William, Kamis (30/8)
Pergerakan harga saham emiten sektor ini mayoritas menurun, hampir sama dengan sektor properti keseluruhan.
Dennis Christoper Jordan, analis Artha Sekuritas Indonesia menuturkan, secara umum untuk tahun ini pendapatan dari kawasan industri turun dibandingkan tahun lalu. "Harga saham emiten kawasan industri saat ini masih sulit untuk kembali menguat, meskipun jika dilihat secara valuasi harga saat ini terbilang sudah undervalue," kata Dennis.
Ia melanjutkan, saham emiten kawasan industri untuk saat ini belum ada yang menarik. Karena selain penjualan lahan yang semakin turun dari tahun lalu, reccuring income emiten sektor ini kontribusinya ke pendapatan masih sangat kecil.
PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) masih cukup baik karena penurunan pendapatan dibandingkan tahun lalu tidak terlalu jauh dan masih mencatatkan net profit margin sebesar 34%. Selain itu, saat ini valuasi price to book value (PBV) BEST yang sebesar 0,5x, bisa dibilang undervalue.
Saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) jika dilihat secara valuasi PBV sebesar 0,6x, juga sudah undervalue. Saat ini SSIA masih berusaha mengembangkan kawasan industri di Subang dengan total lahan seluas 2.000 hektare. SSIA juga meraih kontribusi pendapatan dari konstruksi dan hotel. Namun, kinerja sepanjang semester I-2018 masih mencatatkan bottom line yang negatif.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, emiten kawasan industri masih terbebani peningkatan biaya dan kesulitan dengan pembebasan lahan.
"Namun, ini investasi jangka panjang dan kinerja emiten akan terlihat begitu kawasan sudah jadi. Apalagi dengan rencana pemerintah untuk menciptakan kawasan ekonomi khusus, serta memberikan kemudahan untuk berinvestasi," kata Nafan
Kepala Riset Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe berpendapat, emiten sektor kawasan industri masih minim ekspansi. "Ini sudah mulai memasuki tahun politik, hal ini mempengaruhi keinginan untuk mendirikan dan membeli pabrik baru. Mereka lebih memilih untuk menunggu kepastian," ujarnya. Dus, Kiswoyo merekomendasikan wait and see terhadap saham emiten sektor kawasan industri.
William merekomendasikan wait and see. Ia menargetkan saham PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) sebesar Rp 150 per saham. Lalu saham BEST jika rebound berpotensi menuju Rp 250 per saham. Sementara target harga saham SSIA Rp 450 per saham.
Sementara, Nafan merekomendasikan wait and see saham BEST sebab masih downtrend. Namun, ia menyarankan buy saham DMAS dengan target harga Rp 150 per saham. Adapun untuk saham SSIA, ia merekomendasikan buy dengan target harga jangka pendek hingga menengah di level Rp 510 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News