kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bisnis konstruksi masih terganggu, simak prospek saham konstruksi pelat merah berikut


Rabu, 23 September 2020 / 07:10 WIB
Bisnis konstruksi masih terganggu, simak prospek saham konstruksi pelat merah berikut


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis konstruksi masih belum pulih akibat pembatasan aktivitas untuk menahan penyebaran virus corona. Alhasil, kinerja empat emiten konstruksi BUMN masih tertekan.

Tekanan kinerja ini turut menyeret peringkat utang emiten konstruksi pelat merah. Pada 19 Agustus 2020 lalu, Fitch Ratings menurunkan peringkat nasional jangka panjang PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dari BBB+ (idn) menjadi B (idn). Pada 10 September 2020, Fitch mengubah peringkat nasional jangka panjang PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dari AA- (idn) menjadi menjadi A (idn).

Merujuk laporan keuangan WSKT per Juni 2020, rasio likuiditas (total aset lancar dibagi total liabilitas jangka pendek) adalah sebesar 100,3%. Angka ini tak jauh berbeda dengan rasio likuiditas WIKA yang sebesar 104,2%. Sementara rasio likuiditasnya emiten konstruksi BUMN lainnya lebih longgar, yakni PT Adhi Karya Tbk (ADHI) 113,5% dan PT PP Tbk (PTPP) 127,7%.

Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) meraih pendapatan tertinggi tapi turun paling dalam

Analis Samuel Sekuritas Selvi Ocktaviani menilai, beberapa emiten konstruksi memang kesulitan memenuhi kewajiban jangka pendek. Tapi, ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut.

Perusahaan konstruksi dapat mengupayakan percepatan penerimaan pembayaran dari pemberi proyek untuk menjaga pendapatannya. "Sementara itu, dari sisi pengeluaran seperti utang bank jangka pendek dapat melakukan negosiasi dengan pihak bank untuk memperpanjang tenor dan relaksasi beban bunga," kata Selvi kepada Kontan.co.id, Selasa (22/9).

Apalagi, Selvi melihat bahwa proyek-proyek infrastruktur masih bergulir meski dengan pembatasan tenaga kerja sejalan dengan pelaksanaan protokol Covid-19. "Pemulihan pada konstruksi sudah ada salah satunya dari kinerja anak usaha yang memasok bahan baku precast, contohnya WTON. Utilisasinya sudah mulai naik ke 60%, dari rata-rata 50% pada kuartal II-2020, bahkan sebelumnya sempat di bawah 50%," tutur Selvi.

Baca Juga: Pemerintah mengusulkan lembaga khusus investasi

Sejalan dengan belum normalnya bisnis konstruksi, Selvi juga belum melihat prospek yang menarik pada saham-sahamnya meski valuasinya sudah terbilang murah. "Untuk tahun ini, sektor konstruksi belum kami rekomendasikan melihat dampak pandemi cukup berat pada sektor ini," ucap dia.

Selvi memperkirakan, saham konstruksi berpotensi bakal bergerak naik pada tahun depan. Pasalnya, secara fundamental, ada ekspektasi pemulihan ekonomi pada 2021 sehingga kinerja emiten berpeluang meningkat.

Dia memasang target harga 2021 untuk WIKA di Rp 1.600 per saham, WSKT Rp 600, dan PTPP Rp 1.200 per saham. Sementara ADHI masih dalam proses perhitungan. Per Selasa (22/9), harga saham WIKA berada di level Rp 1.105 per saham, WSKT Rp 525, PTPP Rp 830, ADHI Rp 510 per saham.

Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA): Kemampuan kami membayar utang masih cukup

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×