kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis keramik ARNA semakin merona


Selasa, 10 Februari 2015 / 06:48 WIB
Bisnis keramik ARNA semakin merona
ILUSTRASI. 4 Rekomendasi Cleansing Balm untuk Kulit Berjerawat dari Merek Lokal.


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kementerian Perindustrian berencana menutup sementara investasi baru industri keramik. Sebab, kapasitas produksi dalam negeri telah melebihi kebutuhan pasar. Para analis menilai, langkah ini dapat menjadi katalis positif bagi produsen keramik, salah satunya PT Arwana Citra Mulia Tbk (ARNA).

Kepala Riset Woori Korindo Securindo Reza Priyambada mengatakan, kebijakan pemerintah itu secara tidak langsung  menguntungkan ARNA. Dari sisi persaingan akan lebih ringan jika tanpa ada pemain baru.

David N. Sutyanto, Analis First Asia Capital, melontarkan pendapat serupa. Kebijakan itu berpeluang mengerek volume penjualan ARNA. "Jika rencana itu direalisasikan m bisa menambah laba perseroan," katanya.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee juga menilai, langkah pemerintah itu berpeluang membatasi persaingan yang ada. Meskipun sebenarnya tak banyak yang bermain di kelas menengah bawah seperti ARNA. 

ARNA sendiri memiliki pasar spesifik di kelas menengah bawah. "Maka produknya sering dipakai oleh pemerintah, seperti untuk pembangunan sekolah di daerah-daerah," terangnya.

Dengan segmen pasar spesifik, penjualan ARNA tetap tumbuh walaupun sektor properti diprediksi masih melambat karena terpukul suku bunga tinggi. Maklum, kebutuhan rumah baru masih ada, terutama rumah di segmen menengah ke bawah. 

Hal itu dibarengi dengan kebijakan pemerintah seperti rencana menurunkan bunga kredit pemilikan rumah (KPR) untuk rumah di segmen menengah ke bawah menjadi 5%. Kebijakan ini dapat mengerek permintaan keramik. 

Efisiensi biaya

Di sisi lain, industri keramik masih harus menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya yakni, harga gas dalam negeri yang lebih mahal dibandingkan negara tetangga. 

Sedangkan, kontrak gas masih menggunakan mata uang dollar AS yang terus menguat terhadap rupiah. Hans memperkirakan, biaya gas itu bisa mencapai sekitar 30% dari total beban produksi.

Sebagai gambaran, Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mencatat, harga gas alam untuk keramik di wilayah Indonesia Barat sebesar US$ 9,3 per mmbtu. Sedangkan harga gas alam di wilayah Indonesia Timur sebesar US$ 8,4 per mmbtu. Sebagai perbandingan, harga di Malaysia senilai US$ 5,5 per mmbtu dan di Singapura US$ 4 per mmbtu.

Produsen keramik harus melakukan efisiensi. Dalam hal ini, ARNA dikenal paling efisien. Pada tahun lalu,  cost of goods sold ARNA sebesar Rp 20.651 per meter persegi atau terendah dibandingkan para pesaingnya, seperti PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk (KIAS) dan PT Mulia Industrindo, Tbk (MLIA).

Hans menargetkan pendapatan ARNA dapat tumbuh di tahun ini menjadi Rp 1,61 triliun, naik dari target tahun lalu sebesar Rp 1,58 triliun. Sedangkan laba bersih diperkirakan Rp 346,15 miliar, naik dari target tahun lalu Rp 340,13 miliar.

Reza dan Hans merekomendasikan buy dengan masing-masing menargetkan harga di Rp 1.040 dan Rp 1.050.  Sedangkan David merekomendasikan hold di Rp 1.050. Senin (9/2), harga saham ARNA turun 4,66% menjadi Rp 920.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×