Reporter: Aris Nurjani | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten kertas berpotensi tumbuh positif pada tahun 2023 seiring adanya revisi peraturan Green Procurement Guide (GPG) yang berpotensi meningkatkan ekspor kertas ke Jepang.
CEO Edvisor Profina Visindo Praska Putrantyo mengatakan dengan adanya revisi aturan dalam Green Procurement Guide (GPG) yang berlaku sejak 1 April 2023, maka akan berdampak positif pada kegiatan ekspor di industri kertas ke Jepang termasuk ke pasar Asia lainnya.
"Saat ini emiten-emiten yang bergerak dalam industri kertas, adapun penjualan ekspor mendominasi dari total penjualan dengan total orientasi ke pasar Asia sekitar lebih dari 60% terhadap orientasi penjualan ekspor dari emiten kertas," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (12/5).
Baca Juga: Perusahaan Tambang Mineral dan Batubara Pacu Ekspansi Berbasis Hijau
Praska mengatakan dengan memanfaatkan momentum adanya revisi Green Procurement Guide tersebut, tentu hal ini berpeluang mendorong penjualan ekspor kertas, khususnya ke Jepang sebagai bagian dari geografis Asia yang menjadi orientasi terbesar penjualan ekspor kertas.
Di samping itu, Praska mengatakan untuk dapat meningkatkan kinerja kedepannya, emiten kertas tetap harus melakukan inovasi terhadap produk-produk kertas untuk kebutuhan industri agar dapat meningkatkan kembali pertumbuhan penjualan.
Sebagai informasi, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) mencatatkan penurunan kinerja keuangan pada kuartal I 2023. Laba bersih INKP turun 24,4% menjadi US$ 133,24 juta, dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 176,45 juta. Sementara pendapatan INKP berhasil mencatatkan kenaikan 6,13% dibanding akhir kuartal I 2022 dari US$ 995,71 juta menjadi US$ 1,056 miliar.
Sementara, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) mencatatkan penjualan sebesar US$ 298,49 juta pada kuartal I 2023. Angka ini turun 1,23% dari US$ 302,22 juta di kuartal I 2022. Adapun laba bersih TKIM turun 87,78% menjadi US$ 9,05 juta, dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya di 2022 sebesar US$ 74,10 juta.
Praska melihat kinerja emiten kertas dari sisi pendapatan dan laba hingga kuartal I-2023, untuk emiten-emiten barang baku kertas seperti INKP dan TKIM mengalami perlambatan, bahkan hingga penurunan dibanding periode sama tahun lalu.
Adapun penyebab penurunan kinerja tersebut diperkirakan sejalan dengan penurunan harga komoditas bubur kertas di pasar internasional serta dampak dari selisih kurs akibat penguatan kurs rupiah terhadap dolar maupun penurunan pertumbuhan penjualan kertas ke pasar lokal, khususnya pada kertas industri.
Baca Juga: Cukai Saja Belum Cukup, Pencandu Rokok Tetap Mencari Rokok Murah
Menurut Praska sentimen positif yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan emiten kertas, yakni peningkatan volume ekspor kertas ke Asia khususnya Jepang.
Sementara sentimen negatif berasal dari fundamental yakni penurunan harga bubur kertas (kraft pulp) di sepanjang 2023 ini yang tampaknya memberikan sentimen negatif ke emiten-emiten berbasis barang baku industri kertas.
Praska mengatakan untuk emiten kertas, saat ini, seperti TKIM atau IKNP, secara valuasi pasar (seperti PER dengan angka di bawah 10x maupun PBV di bawah 1x) sudah sangat menarik, di samping tren harga yang sudah banyak tertekan hingga sempat menyentuh level terendah dalam 2 tahun terakhir.
Praska merekomendasi beli untuk kedua saham tersebut dengan strategi average down untuk jangka panjang jika ada koreksi karena valuasi yang atraktif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News