Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ramainya perusahaan dari dalam dan luar negeri membangun pusat data (data center) di Indonesia membuat kompetisi di industri ini semakin ketat. Meski begitu, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) tetap yakin bisa menjaga pertumbuhan kinerja di level double digit.
Head of Enterprise Division DCI Indonesia Evelyn Wijaya mengatakan, kinerja DCII hingga semester pertama 2022 masih berjalan positif dengan kenaikan pendapatan dan laba bersih secara tahunan masing-masing di level 22% dan 29%.
DCII membukukan pendapatan sebesar Rp 458,16 miliar dan laba tahun berjalan sebesar Rp 143 miliar dalam enam bulan pertama tahun ini. Dengan margin laba bersih sebanyak 31%.
EBITDA DCI Indonesia juga tumbuh 22% ke angka Rp 305 miliar dengan margin yang terjaga di level 66%.
"Hal ini sejalan dengan konsistensi perseroan meningkatkan kapasitas terkontrak dari ekspansi yang telah dilakukan, serta ketersediaan DCI Platform di tahun ini," terang Evelyn dalam paparan publik DCII, Rabu (31/8).
Baca Juga: Menakar Prospek Bisnis Data Center di Indonesia
Menimbang kinerja di paruh pertama, Evelyn pun optimistis DCII bisa menjaga pertumbuhan pendapatan maupun laba bersih di level double digit hingga tutup tahun 2022. Terlebih, pada semester kedua ini ada peluang untuk mengejar tingkat pertumbuhan di semester pertama.
Tak hanya mengejar kenaikan pendapatan, DCII juga fokus meningkatkan efisiensi operasional yang sejauh ini telah memberikan kontribusi pada profitabilitas.
"Hingga saat ini kami masih optimistis bisa mencapai target pendapatan dan laba bersih untuk dapat tetap tumbuh double digit," tegas Evelyn.
Guna memuluskan rencana kerja di tahun ini, DCII mengalokasikan belanja modal (capex) sekitar Rp 500 miliar. Mayoritas ditujukan untuk ekspansi data center, terutama pada site Cibitung JK-5 dalam menambah kapasitas.
"Hingga semester pertama capex terserap hampir setengahnya. Mayoritas penggunaan untuk keperluan ekspansi data center kami," imbuh Evelyn.
Saat ini, DCII mengoperasikan lima gedung data center dengan total kapasitas 52 MW. DCII menjadi pemimpin pasar data center di Indonesia dengan market share mencapai 56%.
Presiden Direktur DCI Indonesia Otto Toto Sugiri menambahkan, DCII akan terus melanjutkan ekspansi data center. Setelah menyelesaikan JK-5 untuk memenuhi kapasitas yang telah terkontrak pelanggan, DCII pun segera melakukan konstruksi JK-6.
Data center JK-6 ini ditargetkan menambah kapasitas hingga 36 MW sehingga nantinya kapasitas site Cibitung bisa bertambah menjadi 73 MW. Di Karawang, DCII sedang menyelesaikan pembangunan gedung kedua yang akan menambah kapasitas 12 MW.
DCII juga fokus pada pembangunan DCI Hyperscale 1 di Cibitung dengan power capacity lebih dari 300 MW yang menggunakan gas power plant sebagai sumber energinya.
Kemudian DCI Hyperscale 2 Karawang dengan power capacity lebih dari 600 MW. Dengan target menghasilkan renewable energy lebih dari 30 MW yang bersumber dari solar panel.
Selain itu, DCII juga sedang dalam proses perencanaan DCI Hyperscale 3 di Bintang, dengan power capacity lebih dari 1.000 MW dari solar panel. Sehingga Site Bintan ini bisa menjadi green data center dengan memakai energi terbarukan sebagai sumber listrik utama.
Menurut Toto, penggunaan energi terbarukan ini sangat penting, lantaran komitmen terhadap pengurangan emisi karbon menjadi salah satu isu krusial yang harus dijawab oleh industri data center.
"Strategi menghadapi tantangan ini adalah meningkatkan efisiensi dalam menjalankan operasional data center, di antaranya mengimplementasikan teknologi artificial intelligence dan menerapkan hyperscale design, serta penggunaan green energy," jelas Toto.
Selain dari sisi data center, DCII juga menggelar investasi tambahan di area jaringan. Yakni dengan menyediakan fyber optic network connection untuk melakukan interkoneksi antara data center sesuai kebutuhan pelangggan.
"Dengan adanya investasi ini, kami akan meningkatkan daya saing dan memberikan efisiensi maupun kualitas network penunjang data center," imbuh Toto.
Menurut Toto, di tengah semakin ketatnya kompetisi di industri data center, perusahaan mesti bisa meningkatkan kualitas layanan sembari memberikan nilai tambah untuk pelanggan. Oleh sebab itu, ekspansi DCII dinilai penting untuk mewujudkan layanan total solusi infrastruktur IT dengan total biaya yang lebih efisien.
Adapun, sejauh ini 80% tenant DCII berasal dari perusahaan multinasional. Dari sektor industrinya, perusahaan komputasi awan atau cloud provider menjadi pasar utama. Disusul oleh industri keuangan seperti perbankan dan asuransi.
Corporate Secretary DCI Indonesia Gregorius Nicholas sebelumnya menyampaikan, DCII telah memiliki sekitar 200 pelanggan dari berbagai bidang industri diantaranya finansial (bank, asuransi, fintech, etc), e-commerce, cloud, healthcare, cloud service providers dan berbagai industri lainnya.
Nicholas mengatakan, dalam kontrak dengan pelanggan, DCII memiliki hak untuk menaikkan biaya sewa jika terjadi kenaikan tarif listrik maupun lonjakan inflasi lebih dari 10%. Adapun masa kontrak berkisar antara tiga sampai lima tahun.
Sementara itu, dilihat dari sisi pergerakan sahamnya, DCII masih bergerak stagnan pada level harga Rp 38.000.
Meski begitu, Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova melihat untuk jangka panjang, prospek DCII sebagai provider data center cukup menjanjikan.
"Potensi pertumbuhan konsisten, terlebih dengan keberhasilan mencatatkan pertumbuhan laba bersih di semester pertama tahun ini," ujar Ivan.
Dengan terlebih dulu mempertimbangkan likuiditas di pasar, Ivan masih menyematkan rekomendasi buy saham DCII dengan target hingga ke harga Rp 47.500 per saham.
Baca Juga: DCI Indonesia (DCII) Estimasikan Penggunaan Capex Hingga Rp 500 Miliar pada Tahun Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News