kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bina Buana Raya (BBRM) akan fokus ke segmen OSV, ini alasannya


Kamis, 19 Agustus 2021 / 06:10 WIB
Bina Buana Raya (BBRM) akan fokus ke segmen OSV, ini alasannya


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk (BBRM) berencana untuk memfokuskan bisnisnya di tahun ini ke segmen bisnis jasa kapal penunjang lepas lantai offshore support vessel (OSV).

Direktur Utama BBRM, Na’im Machzyumi mengatakan, perseroan melihat adanya prospek peningkatan permintaan yang terlihat hingga semester I-2021 meskipun masih adanya dampak dari pandemi Covid-19. Sayangnya, ia belum menyampaikan berapa peningkatan yang dialami hingga Juni 2021.

“Memang ada tekanan dari dampak Covid-19 pada charter rate, namun demikian charter rate dan utilitas rate kami harapkan dapat meningkat secara bertahap,” ujar dia dalam paparan Public Expose secara virtual, Rabu (18/8).

Dari sisi bisnis OSV, saat ini perseroan memiliki 3 unit kapal Anchor Handling Tug Supply (AHTS). Di mana penggunaan terakhir jasa tersebut digunakan oleh perseroan minyak dan gas bumi.

Baca Juga: Pelayaran Nasional Bina Buana Raya bukukan pendapatan US$ 1,33 juta di kuartal I-2021

Sementara itu, untuk bisnis Tug and Burge sampai saat ini perseroan memiliki 3 set tongkang ukuran 300 feet. Serta segmen bisnis ini juga memiliki 1 unit kapal self propelled barge 5.024 GT.

Sebelumnya, perseroan memiliki sekitar 13 set tongkang. “Rata-rata untuk jasa ini digunakan kebanyakan oleh perusahaan tambang,” ujar dia.

Berkurangnya jumlah set kapal Tug and Barge tersebut lantaran segmen bisnis ini tercatat mengalami penurunan di tahun lalu. Adapun pengurangan kapal ini juga karena adanya restrukturisasi pinjaman di bank yang dilakukan oleh perseroan.

“D isamping itu armada pada kapal-kapal ini juga sudah tua sehingga kami akan fokuskan bisnis di tahun ini ke bisnis kapal OSV,” tambahnya.

Direktur BBRM, Sean Lee menambahkan, berakhirnya proses restrukturisasi utang perseroan di tahun lalu telah mengakibatkan jumlah armada kapal perseroan berkurang dan hanya menyisakan 3,5 set kapal tunda dan tongkang, satu unit SPB yang tidak dijaminkan serta satu unit kapal penunjang lepas lantai MP Prevail di mana armada itu nantinya akan menjadi sumber pendapatan perseroan ke depan.

 

Hal itu lah kemudian yang menyebabkan adanya pengambilalihan kapal perusahaan sebagai objek penjamiman. Awalnya, BBRM memiliki 15 set kapal tunda dan tongkang menjadi 4,5 set kapal tunda dan tongkang. Sehingga pendapatan perseroan pun tergerus di tahun lalu.

Namun demikian, Naim menekankan bahwa memang pihaknya juga berencana akan menambah lagi armada kapal untuk pasar kapal penunjang lepas lantai. Tercatat selama dua tahun belakang, permintaan kapal ini cenderung meningkat lantaran terdampak dari peningkatan harga minyak yang cenderung stabil.

Sementara itu, perseroan belum bisa menyampaikan berapa rencana penambahan kapal untuk menunjang bisnis OSV. Hal ini karena menunggu proses rights issue yang dilakukan selesai.

“Penambahan kapal ini tentu akan tergantung bagaimana right issue ini akan selesai,” sambung Sean.

Di samping itu, BBRM juga belum dapat menyampaikan berapa target pertumbuhan yang dibidik tahun ini serta rencana belanja modal atau capex yang disiapkan tahun ini.

“Fokus tahun ini akan menstabilkan pendapatan operasional kami untuk bisa mencapai kinerja yang positif sehingga baru bisa kita putuskan untuk rencana capexnya,” tutup dia.

Baca Juga: Bina Buana Raya (BBRM) akan menggelar reverse stock dan rights issue

Sebagai informasi, emiten pelayaran ini akan menggelar dua aksi korporasi, yakni reverse stock dan rights issue. Lewat reverse stock, BBRM akan menggabungkan nilai nominal saham.

Di mana reverse stock dilakukan dengan rasio tiga saham menjadi dua saham sehingga diusulkan nilai saham Seri A semula Rp 100 per saham menjadi Rp 150 per saham.

Setelah reverse stock, BBRM akan melanjutkan aksi korporasi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atawa rights issue. Lewat aksi korporasi ini, BBRM akan menawarkan saham Seri B dengan nilai nominal Rp 50 per saham.

Penerbitan saham seri B itu akan dimintakan persetujuannya pada RUPSLB yang akan dilaksanakan pada 26 Agustus 2021.

Adapun persetujuan reverse stock saling berkaitan dan satu kesatuan transaksi dengan rencana PMHMETD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×